Kalau
di indonesia ini punya film dan novel yang berjudul “RUMAH TANPA JENDELA” gue
juga punya teman yang ceritanya mengisahkan tentang seorang Mahasiswa yang
hidup merantau dan tinggal di sebuah ruangan yang biasa disebut KOST. Namun hal
yang sangat tidak layak disini adalah Kostan ini tidak memiliki jendela. Maka
dari itu kami menyebutnya “KOST TANPA JENDELA”. Ini kisahnya :
***
Namaku
Budiman (panggil saja BUDI), aku berasal dari kota balikpapan. Sejak lulus SMA,
aku sudah memutuskan untuk kuliah di Samarinda. Sebagai mahasiswa perantauan
yang mengawali hidup di kota orang sendirian tanpa teman dan saudara, aku
mencari kost hanya bersama dengan ayahku. Karena sangat jarang ke Samarinda
sebelumya, aku dan ayahku merasakan buta jalan. Tak ada yang menuntun
perjalanan kami, selain itu kami menggunakan mobil. Mungkin ini yang membuat
kami kurang bisa menjelajah ke seluruh penjuru kota. Hari pertama masuk kuliah
tinggal menghitung jari, harus sesegera mungkin aku menemukan tempat tinggal. Telah
banyak kost-kostan yang tidak beruntung yang tidak bisa aku tinggali karena
alasan tidak sesuai dengan seleraku, malang sekali nasib mereka. Akhirnya di
sebuah jalan aku menemukan sebuah kost yang sangat bersih, dinding beton,
lengkap dengan lemari, tv LCD, kipas angin dan Sppring bead. Ok mungkin ini
dapat dikatakan sebagai keriteria yang cocok untukku.
Malam
pertama ku tinggal di kost, aku sangat bahagia karena ini adalah awal dari
kisahku untuk hidup merantau “SENDIRIAN” walaupun hanya sebagai “MAHASISWA”. “Belum
punya teman” mungkin ini adalah salah satu alasanku untuk gak kemana-mana malam
ini. Ku mulai menyusun semua baju-baju ku di lemari, memasang sprei yang
berlambang club BARCELONA sebagai club bola kebanggaanku, aku juga memasang
poster Avril Lavigne dan poster Jack Daniels di tembok. Aku menutup pintu
kamarku. Merasa begitu lelah, aku berbaring sejenak di tempat tidur sambil menikmati
sebatang roko. Pikiranku mulai melayang-layang membayangkan segala sesuatu
mengenai perkuliahan pertamaku dihari esok. Tempat baru, kelas baru, teman
baru, wanita-wanita baru, dosen, asisten dosen sexy, yuhuuu. Semuanya telah
membuatku sangat tak sabar untuk menyambut hari esok. Untuk mempersempit waktu,
aku akan tidur Good Night, have a nice dream for me. Muachh :*
Beberapa
saat kemudian, aku merasakan panas yang mengganggu. Ku membuka pakaian yang ku
kenakan, ku percepat laju kipas angin yang tertempel di tembok. Anehnya, hawa
kipas angin ini terasa hangat. Apa yang terjadi? Asap bekas roko ku tadi masih
melayang-layang di udara. Aku kebingungan dan mulai panik, aku menoleh kesegala
arah mencari tahu apa yang penyebabnya. Ohh nooo... baru tersadar olehku bahwa
kost ini tidak memiliki jendela, bahkan tanpa fentilasi udara. Bagaimana
mungkin sebuah kamar tanpa adanya jendela? Ini pengap sekali. Segera aku
membuka pintu kamar kos agar karbondioksida menyebalkan ini segera keluar dan
tergantikan oleh oksigen yang sangat aku butuhkan. Aku berlari keluar dan
berdiri di halaman depan kost, aku berteriak
“Semesta,
berikan aku oksigenmu, aku sangat membutuhkannya saat ini”
Aku
memejamkan mata dan mulai mengambil napas secara perlahan untuk menyerap
oksigen-oksigen diudara. Kemudian ku hembuskan melalui mulut dengan begitu
cepatnya yang telah mengalahkan kecepatan cahaya, ini adalah sebagai wujud dari
kemarahaku kepadamu “karbondioksida”. Terima itu. Aku melakukannya secara
berulang hingga aku anggap sudah cukup untuk kelangsungan hidupku malam ini di
KOST TANDPA JENDELA milikku. Aku masuk lagi kedalam kamar, dan melihat keadaan
yang nampaknya ini sudah layak untuk di huni. Tanpa memerdulikan apapun lagi,
aku akan tidur dengan kipas yang aku setting hanya tertuju padaku dengan
settingan tenaga penuh. Sleep. *peluk guling*
***
#Bersambung
***
#Bersambung