Monday, March 31, 2014

Double LDR




            Tau kan LDR itu apa? Long Distance Relationship. Ya itu adalah suatu hubungan yang di lakukan oleh dua insan manusia yang terpisahkan oleh jarak. Mungkin sudah sangat banyak orang yang mengalami LDR ini, sudah banyak pula orang yang telah membahas kisah tentang LDR itu sendiri. Ada yang memuji (Loe hebat ya, meskipun jarak memisahkan kalian, tapi kalian masih tetap bersama, saling setia dan terus menunggu hingga jarak itu hilang). Ada yang mencaci maki (Hey loe kok mau sih LDR tiap hari pacaran sama media elektronik, loe bego apa gak laku disini. Haha). Ada yang mencoba untuk nikung (Loe sudah lama ya pacaran sama dia? Bahagia? Kenapa gak cari yang dekat aja, yang selalu ada di dekat loe, contohnya gue). Haha kampret nih orang-orang. Kenapa sih sibuk aja sama hubungan kami. Tapi mungkin orang-orang yang LDR itu masih cukup beruntung di bandingkan dengan gue. Kenapa??? Karena disini gue lagi ngalamin yang namanya Double LDR. Double LDR? Apa itu? Terus emang jarak kalian sejauh apa sih?. Sini biar gue ceritain.

            Semua ini berawal waktu gue kelas 2 SMA, gue lagi iseng-iseng buka Facebook (FB). Yahh waktu itu kan FB belum begitu terlihat alay, masih popular di tiga tahun silam. Walaupun sekarang FB sudah mulai tenggelam karena pengguna fb telah terkena virus alay yang begitu mewabah cepat sekali. Makanya itu sekarang orang-orang beralih ke twitter. Waktu gue buka FB lewat hp, hanna nouna bawel  *nama fb alay, wajar masih SMP kelas 2* kirim pesan ke inbox gue minta no HP gue. Tapi bukan dia cewe yang gue maksud. Dia itu tetanggaan sama gue, tapi sama sekali ga pernah teguran karena perbedaan umur 3 thun. Ya dia juga murid Ibu gue waktu sd, Ibunya dan Ibu gue juga dekat sih. Jadi kayanya gue harus dekat juga sama tuh anak, ya kali aja dia bisa kenalin gue ke teman cewek-ceweknya. Hihi.

Saat itu sebenarnya gue masih punya pacar. Tapi beberapa waktu lalu, dia kepergok sama gue selingkuh, jalan sama cowo sore-sore. Waktu gue Tanya itu sepupunya, padahal gue jelas-jelas liat dengan mata kepala gue sendiri. Bahkan gue samperin tu mereka bedua. Malahan gue ngomng sama tu cowo. Gue bilang “Loe siapa?” dia bilang “alah Pergi loe sana” gue liatin cewe gue itu sambil manggil-manggil dia. Tapi gak sekalipun dia noleh ke gue. Yasudah gue pergi. Malamnya dia tlpon gue dan bilang kalo itu sepupunya. Padahal gue jelas-jelasnya kenal banget muka cowo itu dari FB. Dia itu mantannya, bisanya yaa dia ngelak. Sejak itu lah gue sudah gak ada rasa sama sekali sama dia. Jadi gue anggap putus walaupun dia tetap nganggap gue pacarnya.

Kembali ke cerita. Nah waktu itu gue punya kumpulan, namnya APATIS : Anak Pegunungan AnTi anarkIS. Waduuh… itu nama apa sih, Hinanya. Siapa yang buat nama begitu hah? Gue sebagai mantan anggota jadi merasa Hina. Eh bentar... gue ingat dulu. Ohh iya, astaga gue baru ingat ternyata yang buat nama itu adalah gue. Bahkan gue juga yang buat grupnya di Facebook. Ohh my god, ternyata gue dulu memang Hina. Tapi tetap  seru kok waktu itu soalnya rame teman gue disitu, dan bukan berarti karena namanya anti anariks kami bebas dari masalah, bahkan memiliki banyak masalah hingga kumpulan itu bubar. Malam itu gue lagi ada di situ, tiba-tiba hanna sms gue minta jemput. Katanya motor temannya bocor di bengkel. Waaa… dalam hati gue semoga temannya cantik. Ok tanpa banyak bacot, gue langsung jemput. Sampai disana gue itu deg-degan ga tau kenapa. Disitu hanna bediri sama temannya, gue datang itu sama sekali gak ngeliat muka temannya itu. Malu rasanya deg-degan aneh sekali.  Langsung deh gue cabut sama hanna ngantar dia pulang. Terus kembali ke kumpulan gue. Hanna sms gue bilangnya makasih, gue berharap hanna itu mau ngenalin gue ke temannya atau cerita apa gitu tentang temannya yang tadi. Ehh… sekalinya gak ada cerita sama sekali semingguan lebih gue tunggu.

Seminggu kemudian, waktu malam hari hanna sms gue , bilangnya teman dia itu suka sama gue. Waaa… ngefly abis gue rasanya. Langsung gue juga bilang aja kalo gue suka juga. Tapi rasanya gak mungkin ya begitu, ahh mungkin Hanna ngerjain gue aja. Tapi biarlah, gue embat aja, toh gue gak rugi juga. Hanna nawarin gue nomer HPnya. Tapi gue masih malu ah, terus hanna ngeyakinin gue. “Gak apa, sms aja. Kali aja jodoh”. Yah gue ambil dah no HPnya, gue smsin ternyata namanya Destry. Busett dah ini Hanna ngerjain gue kali yaa? jangan-jangan dia ngasih gue no HP cowok lagi, idiiih. Tapi gak deh, sudah gue cek telpon beberapa detik buat ngeyakinin gendernya. Takut aja gue jatuh cinta duluan dan kemudian ketemuannya belakangan, dan pernyataan yang mengejutkan adalah dia satu gender sama gue. Ahh khayalan bodoh.  Gue Smsan sama dia itu semingguan ngefly banget  rasanya waktu itu. Sampai pada akhirnya gue ngajak ketemuan. Ketemuannya tempat bibinya hanna. Gue betul-betul gak tau itu kalo rumah itu ternyata, rumahnya guru sosiologi gue. Waktu mau ketemuan, gue beli permen tamarin tiga pack. Sebelum kita cerita-cerita gitu, eh ngomongin permen tamarin. Bilangnya dia suka juga tamarin. Nah tiga pack itu gue masukin ke jok gue. Motor gue canggih waktu itu keluaran baru, jadi belum banyak yang tau kalo buka jok nya lewat tempat kunci. Waa asik banget setiap kali gue nyuruh orang buka, gue pasti ketawa-ketawa sendiri. Apa enggak, mereka cari  bukaan jok di belakang haha… Nah jadi surprice  deh waktu mereka buka joknya ada tamarinnya. Tapi sayangnya hanna yg buka, bukan Destry. Destry cuma duduk aja di kursi. Dari jarak tiga meter gue duduk di motor. Tiba-tiba hanna masuk kerumahnya. Jadi tinggal kita bedua aja di luar. Gue duduk di motor sambil liatin dia terus. Ehh tiba-tiba dia begeser di balik tiang, gue toleh-toleh eh sekalinya dia bebedak. Haha.. ketawa ngakak gue waktu itu. Tapi gue suka banget sama dia itu. Beda banget dari cewe-cewe lain. Pemalu sekali, jadi gue penasaran sama dia.

Singkat cerita, gue sudah putusin pacar gue. Walaupun itu membuat sedikit konflik antara Gue, Pacar Gue dan Destry. Iya gue tau gue ganteng, jadi masalah konflik gini udah biasa lah gue tanganin, Haha *mimpi. Kini gue sudah pacaran sama Destry. Gue adalah murid kelas tiga SMA. Sedangkan pacar gue Kelas tiga SMP. Ohh men. Kalian bisa bayangin gimana waktu itu, gue pulang sekolah. Masih pakai seragam, jemput Destry di sekolahnya. Sumpah, gue jadi ngerasa kaya jemput ade gue sendiri. Warna abu-abu di celana gue dan warna biru di roknya itu sudah keliatan dengan jelas bila kami berjalan bersama. Tapi tenang, gue gak penah malu kok dengan itu. Karena walaupun dia SMP, tapi badannya besar kok. Setaralah kalau di bandingkan dengan teman-teman wanita gue di SMA.

Masa-masa pacaran kami cukup membahagiakan untuk di kenang, sesekali antar jemput dia pulang sekolah, jalan-jalan sore, jalan malam, ngumpul bareng temannya, ngumpul bareng teman gue, ngapel di rumahnya, malam mingguan bareng, makan bareng, ke cafe. Ahh semuanya sama lah seperti orang pacaran pada umumnya. Tapi semua itu hanya berlangsung setahun. Tiba saatnya ketika gue lulus SMA dan begitu pula Destry yang lulus SMP. Setelah lulus ini, gue sudah meyakinkan diri untuk melanjutkan kuliah di Universitas Mulawarman di Samarinda. Sementara Destry, dia bingung mau sekolah dimana. Sebenarnya sekolah yang dia inginkan adalah sekolah gue dulu atau sekolah kakaknya dulu. Tapi apa daya, nilai kelulusannya tidak memadai untuk masuk ke sekolahku dan sekolah kakaknya dulu. Karena gue mau pergi ninggalin dia jauh, jadi gue menyarankannya untuk sekolah di pesantren aja. Kakaknya juga menyarankan dia untuk sekolah di pesantren. Kalau dia sekolah di pesantren kan gue bakalan tenang ninggalin dia. Dia gak bakal macam-macam kalau sekolah disana, terus gue deh yang bisa macam-macam tanpa sepengetahuannya, Haha. Tapi gak kok, gue gak gitu orangnya, gue pria baik hati yang setia, *baikin kerah baju*.

Di suatu malam tanpa bulan-bintang, rintik hujan yang turun dengan lembut, alunan sebuah musik klasik. Semua itu seakan menghiasi malam yang menyedihkan. Mungkin memang dapat di katakan seperti itu. Gue meraih sebuah pena yang terletak di pojok meja, mencoba untuk menggoreskan tinta di sebuah buku yang akan gue berikan untuknya. Ini adalah malam terakhir sebelum gue pergi. Bukan meninggalkannya, hanya sedikit berjarak lebih jauh darinya. Tanpa terasa, waktu sudah menunjukkan pukul 10 malam. Sudah saatnya gue pulang. Gue meraih tangannya, mengajaknya untuk segera berdiri dari tempat duduk.

“Beb, besok gue akan mulai perantauan sebagai mahasiswa. Mulai sekarang, kita gak bisa banyak ketemu lagi kaya dulu. Tapi tenang, gue bakal sering pulang kok”
“Hmm iya, jangan nakal lho disana.”
“Iya” *Peluk*

Tak banyak yang bisa gue ucapkan, terlebih ketika gue liat matanya mulai berbinar menahan air mata. Gue gak mau liat dia nangis cuma karena ini. Karena gue tau, ini sepertinya takdir yang harus kami lalui. Mungkin sesuatu yang tadi gue tuliskan di buku itu, akan mewakili apa yang seharusnya gue katakan malam ini.

Isi tulisannya :
Hey :). Ini buku aku kasih buat kamu. Hmm, aku mau kamu nulis disini kalau kamu lagi kangen sama aku. Karena tau sendiri kan, mulai saat ini kita akan sangat jarang bisa untuk ketemu. Maaf aku harus pergi, bukan meninggalkanmu, hanya sedikit jarak yang akan berada di antara kita. Tenang, aku gak akan nakal kok, dan akan tetep setia :). I Love You.

                                                                                                Cholis Hidayat
#####################################################################

          Perpisahan ini telah membuatnya menangis, gue jadi merasa bersalah. Tapi mau bagimana lagi? gue harus menggapai cita-cita, meski gue tau, gue harus mengorbankan waktu bersama pacar, bahkan keluarga.

            Kini kami telah terpisah, tak ada lagi istilah jalan bareng, tak ada lagi istilah malam mingguan bareng, bahkan untuk pertemuan pun tak ada lagi. Yang ada hanyalah segenggam Handphone yang akan menjadi media kami untuk berkomunikasi. Yaa mungkin bisa ketemu dan jalan bareng, tapi itu pasti susah dan butuh waktu yang lama. Hanya ketika gue pulang kesana. Tapi meskipun seperti ini, gue yakin, suatu saat kita akan benar-benar bersama tanpa akan ada jarak yang mengagnggu se-cm pun itu. #Ehh???

Ini adalah hari-hari dimana awal kami terpisah. SMSan, telponan tiap malam. Semua begitu terasa saling menjaga komunikasi. Mulai dari ngebahas masa lalu, ngebahas masa depan, cerita tentang kejadian seharian tadi, cerita tentang teman baru, semua kami ceritakan tanpa merasa kehabisan kata. Pernah beberapa kali kami saling berkelahi cuma karena hal yang begitu spele. Contohnya : Seharian gue gak ada sms dia, dia marah. Ada juga karena gue buat postingan status di fb terus ada cewe yang komentar, dia adalah tetangga gue tapi dia juga marah. Kadang bahkan cuma karena gue jalan gak bilang aja dia marah. Ohh no... seperti ini kah bila jarak telah hadir di antara kami?. Ini sangat mengganggu.

Beberapa bulan gue merantau, menjalani hubungan LDR. Ohh tidak, maksudku Doubel LDR. Apasih maksudnya Double LDR itu. Baiklah. Jadi begini, gue selalu bingung bagaimana cara menjelaskan keberadaan gue sekarang. Gue berasal dari Kalimantan Timur. Gue kuliah di ibu kota propinsi Samarinda. Tapi tempat tingal orang tua gue ada di Kabupaten Paser tepatnya di Kuaro.  Untuk mencapai Kuaro, dari Samarinda kita harus melalui Balikpapan yang jaraknya 100 Km. Dari Balikpapan kita melewati sedikit air asin sekitar 30 Menit. Setelah menyebrangi air. Kita sampai di Penajam. Perjalanan ini belum berakhir. Dari penajam untuk sampai ke Kuaro harus menempuh 100 Km. Di kuaro ini lah tempat gue berasal. Dari kuaro kita mundur sedikit sekitar 9 Km karena disini lah ada sebuah desa yang namanya desa Modang. Desa modang ini memiliki dusun, nama dusun itu adalah dusun Pekasau. Nah ini lah tempat dimana gue berasal. Sedikit rumit dan menyedihkan yaa? Haha. Tapi tenang, meskipun kami tinggal di dusun, kami bukan anak-anak yang nora dan alay-alay. Serius. Karena kami gak tinggal di pedalaman, selain itu kalimantan timurkan wilayah yang kaya, jadi walaupun kami berada disana, kami bisa pergi keseluruh dunia, huahahaa.. *Ngaco.

Untuk menemui pacar, gue harus menempuh jarak 35 Km dari rumah. Disinilah ada sebuah kota yang namanya Tanah Grogot yang baru-batu ini namanya telah berubah menjadi Tana Paser. Perlu diketahui pula, Tana Paser dijuluki dengan julukan kota ungu. Kenapa? Iya, karena satu-satunya kota yang seluruh bangunan pemerintah, kendaraan pemerintah, taman, lantai di lapangan, pembatas jalan (trotoar), sekolah, rutan, hotel pemerintahan,  rumah sakit dan masih banyak lagi. Gak percaya? datang aja kesini, haha. Di Tana Paser ini lah tempat gue SMA  dulu. SMAN 1 TANA PASER. Karena sekolah ini lah yang membuat gue lulus SMP harus segera mengembara untuk melanjutkan sekolah. Bukan karena tidak ada sekolah di dekat rumah. Tapi memang sudah menjadi keputusan gue untuk bersekolah di SMA itu. Ternyata ini takdir, karena sekolah ini, gue bertemu Destry dan akhirnya kisah ini bisa terjadi.

Ahh gue juga pusing. Gue LDR terus kalau gue pulang. Gue masih tetap LDR sejauh 35 KM. Ohh sial. Bagaimana sih ini? Terus kapan gue bisa selalu bersamanya. Emang sih ada rumah kakak gue di Tanah Grogot. Tapi gak selama liburan juga kan gue ada disana. Orang tua gue kan di Pekasau. Selain jarak, gue masih ada hal yang membuat gue pusing. Yaitu Pembagian Waktu. Iya gue bingung gimana caranya membagi waktu antara keluarga, teman dan pacar. Mungkin bagi kalian yang LDR gak akan terlalu memusingkan hal itu. Tapi gue disini yang menjalani hubungan Double LDR, gue tuh bingung banget. Gimana enggak? Gue harus membagi waktu antara keluarga, teman, teman, teman dan pacar. “Gimana tuh kok kata temannya ada tiga? Maksudnya loe punya teman tiga aja gitu? Sedih banget hidup loe Lis!”. Ahh bukan, bukan gitu maksudnya, teman yang terbagi menjadi 3 di lokasi berbeda. Gini memang, karena gue hidup di tiga alam, hebat banget kan gue. Bisa ngalahin Hewan Amfibi dan bahkan ngalahin makhluk halus yang Cuma hidup di dua alam, sementara gue, tiga alam, haha. Tiga alam tersebut ada Samarinda, Tanah Grogot dan Pekasau. Kalau di Samarinda sih gue gak terlalu memusingkan diri ya. Soalnya kalau gue lagi di samarinda, ya udah. Gue beteman sama orang-orang Samarinda. Tapi kalau lagi liburan. Nah ini yang bermasalah. Untuk yang di pekasau aja gue sudah bingung mau berteman sama anggota yang mana. Kalau di Tanah Grogot apalagi, lebih pusing. Mau berteman sama yang mana aja, banyak golongan dan anggota dengan kepentingan yang berbeda di antara satu sama lainnya. Belum lagi kalau di grogot gue harus membagi waktu antara teman dan pacar. Ahh gilaaa, gila gue gak lama kaya gini terus.

Waktu demi waktu pun terus berlalu, Destry sudah sekolah di pesantren. Wow iya di pesantren. Kini rambutnya yang indah itu sudah tertutup. Celananya yang pendek sudah dibuang, bahkan celana jeans panjangnya juga sudah tidak di gunakan lagi. Baju-baju lengan pendeknya juga cuma di pakai kalau lagi di rumah aja. Ok itu membuat gue tenang meninggalkannya disana. Tapi meskipun sekolah di pesantren, dia tidak menjadi anak pondok dan tinggal di asrama sekolah itu. Jadi kita masih bisa ketemuan deh kalau pulang hoho.

Selang waktu berlalu, Destry menjadi lebih berubah lagi. Yang awalnya dia menggunakan jilbab saja. Kini dia menggunakan kerudung yang ukurannya 2x2 meter. Tidak hanya itu, dia juga menggunakan Jubah, yang pakaian atasnya masih satu kain dengan pakaian bawahnya itu lho. Subahanallah, Alhamdullillah. Dia menjadi perempuan penghuni surga, seorang calon istri yang sangat baik. Semua ini berawal ketika dia mulai ikut pengajian. Gue gak pernah melarangnya untuk mengikuti itu. Karena di keluarga gue juga sebenarnya menganut ajaran agama yang kental. Ya meskipun tidak terlalu seperti itu. Masih seperti keluarga-keluarga yang lain, hoho.

Destry sekarang menjadi seperti seorang ustadzah. Ok gue senang alhamdulillah. Tapi ada suatu konsekuensi yang harus gue terima. DILARANG PACARAN. Wow. Awal awal dia mengikuti pengajian. Dia semakin sering mengucap kata putus ke gue. Sumpah ini adalah permintaan putus terbanyak di dunia. Iya di dunia, selama setahun dia hampir mengucap kata putus setiap minggu. Whaaaat?. Iya seminggu sekali. Gue juga gak ngerti bagaimana ini ceritanya. Padahal selama 2 tahun kami menjalani hubungan. Sampai detik ini pun, gue gak pernah mengucap kata putus. Masalah yang sangat sepele saja bisa menciptakan kata putus yang keluar dari mulutnya. Hmm padahal seperti apa pun dia marah ke gue, separah apapun dia buat gue sakit hati. Gue gak pernah marah sama dia, apalagi sampai mengucap kata putus. Gue gak ngerti, sebenarnya gue ini terlalu cinta, bego, atau apa sih? Gue sering berdebat dengannya tentang masalah percintaan, bahkan mengenai agama. Memang sih gue yang sering menang dalam perdebatan itu. Tapi tetap aja dia menganggap gue itu hina.

Hingga tiba saatnya gue ulang tahun yang ke 19 tahun. Gue mendapatkan beberapa kado ulang tahun darinya. Tapi ada satu kado yang buat gue ngerasa sangat tersindir. Kado itu adalah sebuah buku berwarna pink. Yang judulnya “Udah Putusin Aja”. Sebuah buku yang menjawab semua alasan-alasan yang gue berikan ke Ipau untuk menghentikan fikirannya untuk memutuskan gue. Termasuk alasan tentang LDR.
Gue bilang gini : Kita kan LDR, bahkan Double LDR. Kita jarang ketemu. Masa masih gak boleh sih pacaran. Kita sudah terpisah oleh jarak. Dan ok, jika ketemu itu juga gak boleh. Kita berhubungan aja lewat HP. Sama kaya kita kalau lagi jauhan. Jadi kita kesannya kaya Triple LDR. Iya Triple LDR, gak apa gue terima. Selama itu masih bisa menjaga hubungan kita untuk tetap bersama. Bukan alasan ya, pacaran untuk sebatas status. Gak, bukan itu, status itu hanya untuk menjaga hubungan kita agar kita bisa bersama di masa depan. Coba bayangin aja kalau kita sekarang putus gimana? Gue percaya tentang pernyataan kalau jodoh itu gak akan kemana. Tapi kalau putus, terus kita saling move on gimana? Rasa cinta kita memudar seiring berjalannya waktu. Kalau kita tetap memiliki status, walaupun gak pernah ketemu dan saling menjalin hubungan walaupun cuma lewat hp. Tapi bukankah itu bermanfaat? Kita bisa saling mendukung satu sama lain, saling menjaga hati, saling mengontrol, saling belajar. Bukankah itu ide yang baik?

Semua pernyataan itu tidak bisa meluluhkan hatinya. Kini kami lebih dari sekedar LDR. Double LDR itu tetap ada. Tapi lebih parah, tidak ada pertemuan, tidak ada komunikasi, bahkan tidak akan bertemu hingga 7 tahun mendatang. Wooow... kesepakatan yang mengejutkan bukan?. Gue gak tau akan masa depan kami ini akan menjadi seperti apa. Yang jelas untuk saat ini, gue akan tetap setia dan tetap menjaga hati untuk masa depan kami.  Percaya atau tidak, hubungan yang seperti ini ada. Tapi untuk kesuksesan hubunga ini, Cuma waktu yang akan bisa menjawabnya.

###