Friday, February 28, 2014

Kost Tanpa Jendela



Kalau di indonesia ini punya film dan novel yang berjudul “RUMAH TANPA JENDELA” gue juga punya teman yang ceritanya mengisahkan tentang seorang Mahasiswa yang hidup merantau dan tinggal di sebuah ruangan yang biasa disebut KOST. Namun hal yang sangat tidak layak disini adalah Kostan ini tidak memiliki jendela. Maka dari itu kami menyebutnya “KOST TANPA JENDELA”. Ini kisahnya :

***

Namaku Budiman (panggil saja BUDI), aku berasal dari kota balikpapan. Sejak lulus SMA, aku sudah memutuskan untuk kuliah di Samarinda. Sebagai mahasiswa perantauan yang mengawali hidup di kota orang sendirian tanpa teman dan saudara, aku mencari kost hanya bersama dengan ayahku. Karena sangat jarang ke Samarinda sebelumya, aku dan ayahku merasakan buta jalan. Tak ada yang menuntun perjalanan kami, selain itu kami menggunakan mobil. Mungkin ini yang membuat kami kurang bisa menjelajah ke seluruh penjuru kota. Hari pertama masuk kuliah tinggal menghitung jari, harus sesegera mungkin aku menemukan tempat tinggal. Telah banyak kost-kostan yang tidak beruntung yang tidak bisa aku tinggali karena alasan tidak sesuai dengan seleraku, malang sekali nasib mereka. Akhirnya di sebuah jalan aku menemukan sebuah kost yang sangat bersih, dinding beton, lengkap dengan lemari, tv LCD, kipas angin dan Sppring bead. Ok mungkin ini dapat dikatakan sebagai keriteria yang cocok untukku.

Malam pertama ku tinggal di kost, aku sangat bahagia karena ini adalah awal dari kisahku untuk hidup merantau “SENDIRIAN” walaupun hanya sebagai “MAHASISWA”. “Belum punya teman” mungkin ini adalah salah satu alasanku untuk gak kemana-mana malam ini. Ku mulai menyusun semua baju-baju ku di lemari, memasang sprei yang berlambang club BARCELONA sebagai club bola kebanggaanku, aku juga memasang poster Avril Lavigne dan poster Jack Daniels di tembok. Aku menutup pintu kamarku. Merasa begitu lelah, aku berbaring sejenak di tempat tidur sambil menikmati sebatang roko. Pikiranku mulai melayang-layang membayangkan segala sesuatu mengenai perkuliahan pertamaku dihari esok. Tempat baru, kelas baru, teman baru, wanita-wanita baru, dosen, asisten dosen sexy, yuhuuu. Semuanya telah membuatku sangat tak sabar untuk menyambut hari esok. Untuk mempersempit waktu, aku akan tidur Good Night, have a nice dream for me. Muachh :*

Beberapa saat kemudian, aku merasakan panas yang mengganggu. Ku membuka pakaian yang ku kenakan, ku percepat laju kipas angin yang tertempel di tembok. Anehnya, hawa kipas angin ini terasa hangat. Apa yang terjadi? Asap bekas roko ku tadi masih melayang-layang di udara. Aku kebingungan dan mulai panik, aku menoleh kesegala arah mencari tahu apa yang penyebabnya. Ohh nooo... baru tersadar olehku bahwa kost ini tidak memiliki jendela, bahkan tanpa fentilasi udara. Bagaimana mungkin sebuah kamar tanpa adanya jendela? Ini pengap sekali. Segera aku membuka pintu kamar kos agar karbondioksida menyebalkan ini segera keluar dan tergantikan oleh oksigen yang sangat aku butuhkan. Aku berlari keluar dan berdiri di halaman depan kost, aku berteriak

“Semesta, berikan aku oksigenmu, aku sangat membutuhkannya saat ini”


Aku memejamkan mata dan mulai mengambil napas secara perlahan untuk menyerap oksigen-oksigen diudara. Kemudian ku hembuskan melalui mulut dengan begitu cepatnya yang telah mengalahkan kecepatan cahaya, ini adalah sebagai wujud dari kemarahaku kepadamu “karbondioksida”. Terima itu. Aku melakukannya secara berulang hingga aku anggap sudah cukup untuk kelangsungan hidupku malam ini di KOST TANDPA JENDELA milikku. Aku masuk lagi kedalam kamar, dan melihat keadaan yang nampaknya ini sudah layak untuk di huni. Tanpa memerdulikan apapun lagi, aku akan tidur dengan kipas yang aku setting hanya tertuju padaku dengan settingan tenaga penuh. Sleep. *peluk guling*

                                                                  ***

#Bersambung