Tuesday, November 18, 2014

Cahaya Hati (Cerpen)

Sumber : Link

            Terhenti. Langkahku terhenti ketika tangan yang sedari tadi menggenggamku itu telah terlepas dari genggamanku. “Hey, kamu kemana? Jangan tinggalin aku” aku panic, bagaimana tidak? Dia telah menutup mataku dengan kain tebal sehingga aku tidak bisa melihat. Disini sunyi, sepi, dan dingin. Aku bisa merasakannya. Lalu, dia melepaskan genggamanku begitu saja? Apa maksudnya?. Tapi tidak, dia tidak meninggalkanku, dia melepaskanku untuk sekedar bergurau, lalu dia berdiri di hadapanku, meraih kedua tanganku kemudian mengalungkannya di lehernya. Perlahan dia mendekatkan tubuhnya ke tubuhku hingga tak ada jarak, kemudian dia sedikit menurunkan tinggi badannya dan segera mencengkram pahaku dengan erat hingga aku naik di atas punggungnya. Ada apa ini? Dia mencoba untuk menggendongku? Apa dia kuat? Sedari tadi jalanan menanjak ke atas, aku saja yang membawa diri merasa kelelahan, bagaimana jika dia mennggendongku?

            Beberapa saat kemudian, dia menurunkanku dari punggungnya. Dia memintaku untuk tetap diam dan tidak membuka penutup mataku. Terdengar olehku suara pematik korek api, entah apa yang sedang ia lakukan, mungkin menyalakan sebatang roko.

Aku merasakan tangan itu, tangan yang mulai mendekapku dari belakang, mencoba untuk memelukku. Hingga aku merasakan kenyamanan dan kehangatan, ya kehangatan. Aku membutuhkan kehangatan, karena disini dingin, yang aku sendiri belum mengetahui aku sedang berada diamana. Perlahan, dia mulai melepaskan tangannya dari tubuhku, kemudian dia membuka penutup mataku. Kemudian kembali memelukku. Samar, pandanganku tidak jelas, yang terlihat hanyalah kegelapan dan bintik-bintik cahaya. Ku coba untuk mengusap-usap mataku hingga penglihatanku semakin membaik. So beautifull, indah, baru pertama kali dia mengajakku kemari, dan ternyata sangat indah. Lampu kota itu tampak seperti bintang yang ada di daratan. Lampu kota ternyata terlihat sangat indah jika di lihat dari atas bukit seperti ini. Tak lama kemudian, dia melepaskan peluknya lagi dan segera menjauh dariku. Tapi aku tak terlalu menghiraukannya, entah mengapa aku masih menikmati pemandangan ini. “Hey Desy, lihatlah kebelakang” aku mendengar dia memanggilku, perlahan aku membalikkan badanku, terasa tidak ingin memalingkan wajahku dari pemandangan tadi. Namun, ketika aku telah menoleh ke belakang, woow entah expresi macam apa yang harus aku tampilkan. Yang dapat ku lakukan hanya menutup wajahku dengan tangan mencoba untuk menutupi expresi itu, expresi bahagia. Dia mendekatiku, meraih tangan kananku dengan lembut dan menuntunku pada cahaya lain. Aku berdiri di tengah cahaya itu. Cahaya lilin. Ya 20 batang lilin berwarna merah yang di susun membentuk symbol love. Tepat di depan kakiku terdapat tulisan yang di tulis dengan susunan batu yang tempak memiliki cahaya.
“Happy Birthday 20th. I Love You. Would You Be My Girlfriend?”
***

Kau tau kasih? Awalnya setiap malam yang cerah aku selalu menatap ke langit, berkata bahwa cahaya-cahaya bintang itu sangat indah. Kemudain kau mengajakku kemari, aku takjup, ternyata cahaya lampu kota terlihat lebih indah, hingga aku menyebutnya Bintang Darat. Kini ternyata aku mendapati hal yang lebih indah, cahaya yang lebih dari keduanya.
-20 batang lilin berwarna merah               : Melambangkan umurku 20,
-Yang di susun membentuk symbol love : Sebagai symbol cinta,
-Tulisan Happy Birthday                         : Ucapan selamat ulang tahun darinya untukku,
-Tulisan I Love You                                : Ungkapan cinta darimu,
-Would You Be My Girlfriend?              : Aaaaa… kamu nembak aku.
Aku menyimpulkan semua itu menjadi satu, dan aku menyebutnya “Cahaya Hati”

Sumber : Link


***

Setelah aku melihat tulisan itu, aku mengalihkan pandanganku yang mulai samar karena ada air yang menghalanginya tepat di mataku. Aku menatapnya yang sedang berdiri di hadapanku yang ternyata dia juga sedang memperhatikanku. Namun sesegera mungkin dia memalingkan wajahnya. Samar namun aku masih dapat melihat, dia meraih ponselnya untuk menelpon seseorang. Tak lama kemudian temannya datang membawakan kue, dan hanya itu, setelah memberikan kue itu ke dia, temannya mengucapkan selamat ulang tahun untukku dan kemudian pergi lagi.

Dia berjalan mendekatiku. Berdiri di hadapanku dengan menyodorkan kue ulang tahun bergambar panda. “Happy birthday to you, happy birthday to you, happy birthday, happy birthday, happy birthday to you” lembut,dia menyanyikan lagu selamat ulang tahun itu dengan sangat lembut, hingga mataku merasa tak mampu menahan kebahagiaan yang ia berikan. Ya air mataku menetes. Sesegera mungkin aku meniup lilin itu, mengambil kue itu dan menaruhkannya di samping. Tanpa banyak jeda, aku langsung menariknya ke dalam lilin symbol love itu, kemudian aku memeluknya. Ya, aku yang memeluknya terlebih dahulu. Entah apa yang aku lakukan ini, aku merasa ini tampak memalukan. Tapi aku tak perduli, aku ingin sesegera mungkin memeluknya, mengatakan bahwa aku juga mencintainya dan ingin menjadi pacarnya.
Terima kasih Cahaya Hatiku. I Love You ({})



###