Sumber : Link
Terhenti.
Langkahku terhenti ketika tangan yang sedari tadi menggenggamku itu telah
terlepas dari genggamanku. “Hey, kamu kemana? Jangan tinggalin aku” aku panic,
bagaimana tidak? Dia telah menutup mataku dengan kain tebal sehingga aku tidak
bisa melihat. Disini sunyi, sepi, dan dingin. Aku bisa merasakannya. Lalu, dia
melepaskan genggamanku begitu saja? Apa maksudnya?. Tapi tidak, dia tidak
meninggalkanku, dia melepaskanku untuk sekedar bergurau, lalu dia berdiri di
hadapanku, meraih kedua tanganku kemudian mengalungkannya di lehernya. Perlahan
dia mendekatkan tubuhnya ke tubuhku hingga tak ada jarak, kemudian dia sedikit
menurunkan tinggi badannya dan segera mencengkram pahaku dengan erat hingga aku
naik di atas punggungnya. Ada apa ini? Dia mencoba untuk menggendongku? Apa dia
kuat? Sedari tadi jalanan menanjak ke atas, aku saja yang membawa diri merasa
kelelahan, bagaimana jika dia mennggendongku?
Beberapa
saat kemudian, dia menurunkanku dari punggungnya. Dia memintaku untuk tetap
diam dan tidak membuka penutup mataku. Terdengar olehku suara pematik korek
api, entah apa yang sedang ia lakukan, mungkin menyalakan sebatang roko.
Aku merasakan tangan
itu, tangan yang mulai mendekapku dari belakang, mencoba untuk memelukku.
Hingga aku merasakan kenyamanan dan kehangatan, ya kehangatan. Aku membutuhkan
kehangatan, karena disini dingin, yang aku sendiri belum mengetahui aku sedang
berada diamana. Perlahan, dia mulai melepaskan tangannya dari tubuhku, kemudian
dia membuka penutup mataku. Kemudian kembali memelukku. Samar, pandanganku
tidak jelas, yang terlihat hanyalah kegelapan dan bintik-bintik cahaya. Ku coba
untuk mengusap-usap mataku hingga penglihatanku semakin membaik. So beautifull,
indah, baru pertama kali dia mengajakku kemari, dan ternyata sangat indah. Lampu
kota itu tampak seperti bintang yang ada di daratan. Lampu kota ternyata
terlihat sangat indah jika di lihat dari atas bukit seperti ini. Tak lama
kemudian, dia melepaskan peluknya lagi dan segera menjauh dariku. Tapi aku tak
terlalu menghiraukannya, entah mengapa aku masih menikmati pemandangan ini. “Hey
Desy, lihatlah kebelakang” aku mendengar dia memanggilku, perlahan aku
membalikkan badanku, terasa tidak ingin memalingkan wajahku dari pemandangan
tadi. Namun, ketika aku telah menoleh ke belakang, woow entah expresi macam apa
yang harus aku tampilkan. Yang dapat ku lakukan hanya menutup wajahku dengan
tangan mencoba untuk menutupi expresi itu, expresi bahagia. Dia mendekatiku,
meraih tangan kananku dengan lembut dan menuntunku pada cahaya lain. Aku berdiri
di tengah cahaya itu. Cahaya lilin. Ya 20 batang lilin berwarna merah yang di
susun membentuk symbol love. Tepat di depan kakiku terdapat tulisan yang di
tulis dengan susunan batu yang tempak memiliki cahaya.
“Happy Birthday 20th.
I Love You. Would You Be My Girlfriend?”
***
Kau tau kasih? Awalnya setiap
malam yang cerah aku selalu menatap ke langit, berkata bahwa cahaya-cahaya
bintang itu sangat indah. Kemudain kau mengajakku kemari, aku takjup, ternyata
cahaya lampu kota terlihat lebih indah, hingga aku menyebutnya Bintang Darat. Kini
ternyata aku mendapati hal yang lebih indah, cahaya yang lebih dari keduanya.
-20 batang lilin
berwarna merah : Melambangkan umurku 20,
-Yang di susun
membentuk symbol love : Sebagai symbol cinta,
-Tulisan Happy Birthday : Ucapan selamat ulang
tahun darinya untukku,
-Tulisan I Love You : Ungkapan
cinta darimu,
-Would You Be My
Girlfriend? : Aaaaa… kamu
nembak aku.
Aku menyimpulkan semua
itu menjadi satu, dan aku menyebutnya “Cahaya Hati”
Sumber : Link
***
Setelah aku melihat
tulisan itu, aku mengalihkan pandanganku yang mulai samar karena ada air yang
menghalanginya tepat di mataku. Aku menatapnya yang sedang berdiri di hadapanku
yang ternyata dia juga sedang memperhatikanku. Namun sesegera mungkin dia memalingkan
wajahnya. Samar namun aku masih dapat melihat, dia meraih ponselnya untuk
menelpon seseorang. Tak lama kemudian temannya datang membawakan kue, dan hanya
itu, setelah memberikan kue itu ke dia, temannya mengucapkan selamat ulang
tahun untukku dan kemudian pergi lagi.
Dia berjalan
mendekatiku. Berdiri di hadapanku dengan menyodorkan kue ulang tahun bergambar
panda. “Happy birthday to you, happy birthday to you, happy birthday, happy
birthday, happy birthday to you” lembut,dia menyanyikan lagu selamat ulang
tahun itu dengan sangat lembut, hingga mataku merasa tak mampu menahan
kebahagiaan yang ia berikan. Ya air mataku menetes. Sesegera mungkin aku meniup
lilin itu, mengambil kue itu dan menaruhkannya di samping. Tanpa banyak jeda,
aku langsung menariknya ke dalam lilin symbol love itu, kemudian aku
memeluknya. Ya, aku yang memeluknya terlebih dahulu. Entah apa yang aku lakukan
ini, aku merasa ini tampak memalukan. Tapi aku tak perduli, aku ingin sesegera
mungkin memeluknya, mengatakan bahwa aku juga mencintainya dan ingin menjadi
pacarnya.
Terima kasih Cahaya Hatiku. I Love You ({})
###