Hari
ini gue ngerasa jadi sapi, kenapa? Karena gue sedang berada di bagian belakang
truk besar. Bagaikan sapi yang siap untuk di korbankan. Ohh no, ini mengerikan.
Loe bayangin aja, ada di bagian bak truk rame-rame dengan beberapa orang, terus
supirnya ugal-ugalan di jalanan yang banyak tikungannya. Teringat akan beberapa
waktu silam ketika gue masih sd, gue di ceritain oleh paman gue. Dia cerita
waktu dia SMP dulu, dia pernah berhentiin mobil truk bersama dengan
teman-temannya untuk pergi bolos dari sekolah. Truk itu bermuatan batu-batuan
gunung yang besar. Kemudian ketika di jalanan, truk itu terbalik. Tiga temannya
meninggal, sisanya selamat termasuk dia. Ahh... Gilaaa gilaa. Itu mengerikan,
gue bingung gimana caranya paman gue itu bisa selamat. Ahh tapi sudahlah.
Abaikan. Mungkin dia sangat beruntung bisa selamat dari batuan gunung, tapi
disini gue lebih sangat beruntung karena gue disini walaupun berada di bagian
belakang truk tapi gue bersama dengan wanita-wanita cantik terutama kakak-kakak
cantik dalam organisasi PMR (Palang Merah Remaja). Hoho...
Palang
Merah Remaja, enatah apa alasan awal yang ngebuat gue bisa ikut dalam
organisasi ini. Yang jelas, gue sudah punya alasan terbesar ketika gue sudah menjadi
anggota PMR ini. Alasan gue itu adalah : karena ceweknya cantik-cantik, apalagi
kakak kelasnya. Aaa... Suatu ketika, aku
melihat sesosok wanita yang telah memikatku pada pandangan yang pertama. Waktu
itu gue lagi memasang tenda, tanpa alasan apa-apa, gue menoleh kebelakang dan
pandangan gue langsung terpaku pada satu titik. Ohh sial. Hanya dalam beberapa
detik, gue sudah merasakan hal yang membuat jantung gue deg-degan begitu cepat.
Ini belum pernah terjadi sebelumnya. Cantiknyaaa... Berkulit putih, tinggi
sekitar 157 cm, berbadan ideal, rambutnya di ikat ponitail, dan berkacamata.
Wow. Dia adalah kakak kelasku, seniorku di PMR, aku belum pernah melihatnya
melatih para junior. Tapi dia tiba-tiba ada ketika kemah perkenalan di sekolah
sebulan yang lalu. Aku melihat pandangannya yang waktu itu juga tertuju padaku,
kami saling bertatap mata dalam jarak 3 meter. Walaupun hanya beberapa detik,
tapi gue yakin ini cinta. Haha... Saat acara malam itu dia jaga di pos 2, dia
adalah orang yang paling kepoin gue di pos itu, gue gak ngerti kenapa. Padahal,
teman-teman yang lain biasa aja. Gue sebagai junior ya cuma bisa pasrah di
kerjain macam-macam.
Ok,
kembali ke truk. Ini adalah kemah pengukuhan PMR. Dimana para junior harus
belajar, dan siap untuk di kerjain oleh para senior selama tiga hari yang
berlokasi di sebuah desa di Kalimantan Timur. Pada saat kemah ini gue gak dekat
dengan gadis berkacamata itu, gue justru dekat dengan Nanda yang juga senior
gue di PMR. Selama perkemahan gue sering bersama Nanda, tapi gue gak bisa
bohongin diri gue sendiri kalau sebenarnya yang gue mau itu gadis berkacamata
itu, bukan Nanda. Di hari kedua ada acara penjelajahan yang mengharuskan kami
berjalan beberapa kilo meter dengan jalan yang mengerikan untuk menuju ujung
dari air terjun 21. Karena jalannya begitu terjal dan licin gue bersama dengan
Nanda jalan bergandengan, sementara itu, gue lihat gadis kacamata itu berjalan
di depanku bersama dengan teman-temannya. Sungguh ingin rasanya gue melepas
tangan Nanda untuk segera meraih tangan gadis itu. Tapi, itu gak mungkin.
Di
hari terakhir kemah, ketika beberapa jam sebelum persiapan untuk pulang. Kami
di kumpulkan di pinggir sungai untuk acara Ramah Tamah. Para junior dan senior
di pisahkan oleh aliran air yang hanya berjarak dua meter. Kami duduk di batuan
sungai dengan air yang sangat jernih. Saat itu kami diharuskan untuk
mengungkapkan pesan dan kesan selama kemah tiga hari disini. Gue sangat
menunggu giliran untuk gadis kacamata itu. Dia pun akhirnya berdiri.
“Nama saya Nova Indah
Putri, dari kelas XI IPA B. Kesan selama perkemahan disini, ya sudah tentu
menyenangkan, seru, rame dan juga melelahkan. Pesannya : Semoga acara ini akan
tetap berlangsung stiap tahun dan selalu seru kaya gini”
“Tanggal lahir, Tanggal
lahir” Seru beberapa teman-temannya yang sedang menggodanya.
“Hmm... tanggal lahir 3
November 1993”
Ehhh...? tanggal 3 november kan hari ini. Waah pantas
teman-temannya pada ribut. Sweet Seventeen ya? Hmm... mau kasih apa di tengah
hutan gini. Gue bergumam sendiri di dalam hati. Tak lama gue menenmukan sebuah
ide ketika secara tak sadar gue liat ada sebuah batu di genggaman. Banyak
hamparan batu sungai yang indah-indah di hadapan gue, bahkan yang sedang gue
dudukin sekarang ini. Gue mencari batu yang berbentuk love. Dari sekian banyak
batu yang ada, gue menemukan satu yang cukup menyerupai bentuk hati. Tapi
kurang, gue ngerasa ini tidak sesempurna yang gue inginkan. Gue memahat batu
itu dengan cara menggesek-gesekkannya ke batu yang lain hingga bentuknya
menyerupai sempurna. Gue memahat dengan penuh penghayatan dan penuh ketulusan,
sembari melihat wajah gadis itu. “Nova Indah Putri”, Indah seperti namanya.
Sesaat sebelum pulang, sungguh ingin rasanya gue menghampirinya untuk memberikan
kado yang sangat sederhana ini. Tapi, gue ngerasa canggung dan merasa tidak
punya nyali. Dia duduk di pinggir sungai bersama dengan teman-temannya.
Haruskah gue datang terus bilang “Hey, selamat ulang tahun. Sorry Cuma bisa
kasih ini” Terus dia bilang “ Apaan ini batu? Haha sampah” *kemudian di lempar
ke sungai*. Ahh... mati mati, malunyaaa. Mau di taruh mana muka gue kalau
kejadiannya seperti itu. Tapi masa iya sih gitu? Gak mungkin ah. Guenya aja
kali yang jadi pecundang. DASAR PECUNDANG. Akhirnya sampai pulang dari kemah,
bahkan sudah sampai di rumah, batu itu tetap berada di genggaman gue. Ahh
payah.
Di sekolah, pernah beberapa kali gue membawa batu itu.
Tapi percuma, tetap aja gue masih belum punya nyali. Yang bisa gue lakukan
hanyalah memandangnya dan memandangnya. Nova, si gadis berkaca mata itu memang
telah benar-benar membuat gue deg-degan setiap hari. Lumayan ya buat kesehatan
jantung, haha. Setiap kali gue liat dia menuju ke arah kantin, pasti dah gue
langsung ajakin teman gue ke kantin. Bahkan saat lagi belajar, dia lewat kelas
gue. Terlihat Nova dengan kacamatanya, kulitnya yang begitu putih dan rambutnya
yang begitu indah. Ahh... gue langsung pamit ke toilet. Ehh toilet ngapain?
Tidak tidak tidaaaak, ini gak seperti yang kalian bayangkan. Maksud gue, minta
izin ke gurunya aja yang bilang ke toilet. Tapi gue gak ke toilet, gue ke
kantin ngekorin si Nova, Hoho. Bolos mata pelajaran kelas demi rasa cinta yang
gue sendiri belum pernah tau apakah ini terbalas atau tidak. Bagaimana mungkin bisa
gue mengutarakan cinta. Bahkan untuk menyapanya saja, gue masih canggung. Kaaak
sapa gue dong sesekali aja, pecundang cinta ini butuh sedikit lampu hijau. *Haha
terlalu berharap sekali yaa!*.
Setahun setelah perkemahan itu berlangsung. Sekarang gue sudah
duduk di kelas XI IPS C. Beberapa kisah cinta yang lain telah gue lalui.
Beberapa kali pacaran dengan lain wanita, termasuk Nanda. Semua cinta telah
berakhir. Tapi ada cinta lama yang hadir kembali setelah beberapa lama gue
lupakan. Nova. Saat itu, gue menghampiri motor gue di parkiran. Ketika itu, gue
melihat Nova berada di parkiran di samping motor gue, sedang duduk manis
menunggu temannya. Huuh... gue menghela nafas. Mencoba untuk menenangkan diri
agar tidak gugup. Perlahan gue mulai mendekat ke arah Nova. Terlihat sebuah
senyuman yang begitu indah terlontarkan kehadapan gue. Eh untuk gue nih?. Gue
membalas senyuman itu dengan senyuman terbaik yang gue punya.
“Eh loe masih ikut PMR
kah?” Nova membuka pembicaraan
“Iya masih PMR kok” Dug-dug...
dug-dug... Detak jantung berdenyut kencang.
“Gimana kemahnya
kemarin? Seru kah?”
“Iya seru banget, tapi
masih rame yang tahun lalu sih”
“Ehh iya kah?”
“Iya, kenapa kemarin
gak ikut?” Dug-dug. Dug-dug. Dug dugggg. Semakin berdenyut kencang
“Hmm sudah kelas 3 ini,
mau belajar, hehe”
“Hooh iya ya. Anak IPA”
“Haha tau aja. Loe IPS
yaa?, IPS apa?”
“IPS C, hehe. Eh itu
temannya sudah datang, gue duluan ya?” Dug-dug. Dug dug duuuug dug duug dug
dug. Aaa tidak, mau meledak ini kakaaak...
“Iya, hati-hati”
*Senyum manis*
“He iya” *Senyum*
Aaaaa.... gue mau terbang, mau terbaaang. Pegang gue kakak, pegang gue.
Percakapan itu telah membuat rasa gue kembali. Ya rasa
yang gue sendiri masih belum yakin ini cinta atau apa. Yang jelas, hanya berada
di dekatnya saja gue merasa damai, merasa bahagia, merasa salah tingkah, selalu
terpaku pada pandangan untuknya, merasa gugup, ah kapan gue bisa dekat
dengannya?. Beberapa hari lalu, saat pulang sekolah. Gue ada di belakangnya,
sama-sama mengendarai motor. Kemudian dia menoleh-noleh ke belakang. Ke arah
gue. “Ey, nis itu yang anak PMR itu kan?”
Dia berbicara kepada temannya, kemudian menoleh lagi ke arah gue. Tapi
gue salting, gue langsung membelokkan arah motor gue. Kami berpisah di persimpangan.
Setelah gue belok, sungguh ingin rasanya gue kembali putar arah untuk
mengejarnya lagi, tapi gue rasa percuma. Jarak rumahnya dari sekolah Cuma
beberapa ratus meter doang. Ahh menyesal dah. Tapi peristiwa di parkiran itu
telah melenyapkan rasa sesal gue. Justru gue akan memberanikan diri untuk mendekatinya.
Bingung bagaimana cara mendekatinya, akhirnya gue
memutuskan untuk mencari tau nomor HP-nya. Lewat teman gue yang sebenarnya
sekelas dengan dia “Linda”. Sempat sih beberapa waktu lalu gue mencoba nyari
Nova di Facebook, tapi gak ketemu. Padahal sudah gue coba semua nama, mulai
dari nama asli sampai nama alay kayak : “Nhova Inndah Puteri” “Nhova sii gadies
Kacamata” “Nhova Ingiend Di Chintha” “Nhova Si Gadhies Bhawel”. Ahh percuma
hasilnya pun nihil. Linda pun memberikan no HP Nova ke gue. Kosong delapan lima
tujuh bla... bla... bla... Gue mencoba dengan SMS pertama.
“Ini no Nova kah?”
“Iya, siapa ya?”
“Sorry ganggu, Ini gue
Cholis, hehe”
“Ohh Cholis, Kenapa
lis?”
“Hehe gak apa kok, Cuma
mau ucapin selamat ulang tahun aja, walaupun telat”
“Haha, emang tau kapan
tanggal lahir gue?”
“Hmm... Sejujurnya gue
selalu mengingat tanggal itu”
“Kenapa bisa?”
“He gak kok. 3 November
kan?”
“He iya, sudah lewat”
“Iya gue tau. Ini aja
sudah tanggal 23 November. Haha. Tapi selamat ulang tahun yaa”
“Hee iya, makasih
cholis”
Beberapa percakapan-percakapan kami bicarakan. Gue
ngerasa senang karena dia meresponnya dengan cukup baik. Di sekolah pun kami
saling menyapa. Ada sempat gue bercerita mengenai sebuah batu. Iya batu yang
dulunya ingin gue berikan untuknya setahun yang lalu. Kini gue ingin mencoba
lagi untuk memberikan batu itu kepadanya. Batu berbentuk lambang cinta itu kini
telah berwarna merah, gue memberikan warna kepada batu itu dengan menggunakan
pilok. Haha terlihat lebih indah kok, dan terkesan lebih nyata dengan warna
merah yang ada.
Tanpa terasa kami menjadi akrab, pembicaraan kami selalu
nyambung. Akhirnya gue memberanikan diri untuk mengajaknya jalan di saat malam
minggu. Gue menjemputnya tepat di depan rumahnya. Dengan T-shirt berwarna ungu
dan celana jeans berwarna biru mudanya, dia menghampiri gue dengan senyman.
“Hey, mana
kacamatanya?”
“He gak pakai, Cuma di
pakai kalau ke sekolah aja”
“Hooh iya, buruan naik”
Kini untuk pertama kalinya
dia berada begitu dekat dengan gue. Sumpah, ini adalah perasaan yang bahagia,
senyum-senyum sepanjang jalan. Berbicara di motor begitu akrab, membuat gue gak
gugup lagi. Hingga di suatu taman di pinggir kota, gue menghentikan motor dan
segera duduk di bawah gazebo (Gazebo : Payung besar di taman yang terdapat
tempat duduk di bawahnya). Sembari menatap langit yang bertaburan bintang,
tanpa ada bulan. Sungguh, terkadang langit akan lebih terlihat indah jika tanpa
ada bulan. Karena, tanpa adanya cahaya bulan, bintang akan terlihat lebih
nampak. Apa lagi kalau melihatnya jauh dari kota yang tanpa banyak cahaya
lampu. Itu sungguh pemandangan yang indah dan romantis. Lain halnya ketika
melihat bulan purnama yang akan segera mengudara, yang baru saja muncul dari
upuk timur. Itu juga merupakan hal yang indah :). Gue merogoh kantong celana
gue, dan gue mengambil batu yang sudah gue persiapkan untuk di berikan
kepadanya.
“Hey ini batu yang gue
ceritakan”
“Hmm bagus kok, loe
emang beda dari cowo yang lain, yang biasa ngasih sesuatu dengan barang yang
mahal”
“Haha, iya emang beda.
Kasihan gak punya uang buat beli berlian”
“Haha bisa aja, ini aja
gue sudah senang kok”
Canda tawa, di bawah
taburan bintang yang menghiasi malam, malam dimana pertama kalinya gue bersama
dengan wanita yang sudah lama gue inginkan.. Sesuatu yang bisa di sebut
romantis dalam masa PDKT ya?, haha.
Sejak hari itu, kami menjadi lebih dekat. Tak hanya malam
mingu, terkadang kami jalan walaupun hari-hari sekolah seperti biasa. Hingga di
suatu malam, gue ngajak Nova jalan. Malam yang sedikit berbeda dari yang
sebelumnya, gue mengajaknya untuk Dinner di sebuah cafe. Niatnya sih gue mau
nembak dia disitu, tapi gak jadi deh. Kayanya langit sedang tidak bersahabat
dengan gue. Jadi kami buru-buru untuk pulang, mengingat waktu sudah hampir jam
10 malam. Di perjalanan, secara tiba-tiba hujan turun dengan lebatnya. Tanpa
banyak bicara, gue langsung membelokkan arah motor gue ke depan sebuah toko
yang sudah tutup untuk sekedar berteduh. Kami duduk di sebuah kursi, sambil
memandang jalanan yang terdapat beberapa orang yang sedang menerobos hujan.
“Hey, loe basah gak?”
Gue mengawali pembicaraan
“Enggak kok”
“Sorry ya, Padahal
sudah tau langit sedang mendung, tapi gue malah ngajakin jalan”
“Iya gak apa kok, lagian
tadi kan langsung berteduh, gak sempat kena hujan”
“Hehe iya” *memegang
tangan Nova* “Nov, kayanya gak perlu banyak ungkapan ya, loe sudah tau kan
kalau gue sudah suka sama loe itu sudah lama banget. Lebih dari setahun.
Awalnya gue sudah ungkapin rasa ini lewat batu itukan?. Melalui sikap gue
akhir-akhir ini juga. Gue juga sudah cerita tentang gue yan selalu perhatiin
loe di sekolah, bolos mata pelajaran buat ngikutin loe ke kantin. Hmm... gue
senang, karena tuhan telah memberikan kesempatan buat gue bisa dekat sama loe.
Tapi gue ngerasa kedekatan ini butuh kepastian. Kepastian dalam arti, gue mau
tau tentang rasa loe ke gue. Nov, gue sayang banget sama loe. Please bisikkan
gue tentang rasa loe itu ke gue”
“Hmm... iya gue tau
perasaan loe Lis, makasih ya atas semuanya, gue suka batu itu, gue juga suka
semua cerita loe tentang gue. gue juga ngerasa nyaman berada di dekat loe, gue
bahagia sama loe yang terus buat gue bisa ketawa. Gue juga sayang kok sama loe
Lis”
“Hmm... makasih Nov,
gue boleh peluk loe gak?”
“Em... gak perlu izin
segala kali Lis, kalau sama-sama sayang, ya peluk aja” *senym manis*
“He, makasih ya *Peluk*
Eh tapi kita belum pacaran lho. Loe mau jadi pacar gue gak?”
“Haha, iya Lis, gue
mau”
“Yes”
Hujan rintik-rintik terus ada yang lagi pelukan, dengan
background toko yang berwarna merah. Pas banget nih, gue suka hujan dan warna
merah. Terlebih gue bersama orang yang gue sayang. Buruan fotoin gue, cepaaat
nanti gue bayar #Ngomongsamamotor. Setelah hujan reda, gue mengantarkannya
pulang ke rumah. Gak jadi nembak di cafe waktu dinner. Gak masalah sih, ini
juga gak kalah romantis kok. Pukul 21.53 WITA, Tanggal 7 Desember 2010, Hoho ini adalah waktu gue
jadian. Catat yaa.
Awal-awal
jadian, sudah tentu sangat menyenangkan, lengket terus, soK sweet dimana-mana,
mendapatkan pujian bahkan komentar-komentar. Seiring berjalannya waktu, ada
suatu masalah yang mulai muncul. Masalah itu pun datang dari teman-teman
sekelasnya. Sebuah pernyataan yang membuat gue terkejut, yang di sampaikan oleh
Linda ke gue. Dia mendengar komentar-komentar yang sedang sangat hangat di
kelasnya, yang juga termasuk dalam kelas Nova, karena mereka sekelas. Komentar
itu seperti ini “Hey Nov. Kenapa bisa loe putus sama Ardi?. Loe tau si Ardi
waktu itu hujan-hujan cuma buat beliin loe kado ulang tahun, tapi apa yang dia
dapatkan?. Loe putusin dia! Kenapa Nov? Apa karena ade kelas kita itu? Si
Cholis. Loe putus sama Ardi mungkin gue masih bisa terima. Tapi kenapa alasan
loe putus itu karena Cholis. Dia itu gak pantas buat loe Nov. Dia itu memang
tukang perebut pacar orang. Ingat Nov, dia dulu pernah pacarin ade gue, loe
ingat gimana ade gue dulu sakit hati gitu. Lagian loe itu cantik Nov, kenapa
loe mau sama Cholis, dia itu biasa aja, gak ada cakep-cakepnya. Bisanya ya loe
lebih milih Cholis ketimbang Ardi”.
Ok...
ok... itu merupakan pernyataan yang cukup menusuk gue, gue juga gak ngerti itu
yang ngomong berapa orang, sekelasan kali ya? semacam open discussion gitu?
pantas banyak komentar. Ehh tapi kenapa? Padahal gue sering ikut Nova ngumpul
kok bareng teman-temannya, lagian beberapa teman kelas Nova itu juga teman gue
kok. Tapi, ahh... biarkan gue jelasin dulu
apa yang terjadi disini. Baiklah, Ardi adalah mantan Nova, mereka jadian
sudah lebih dari setahun. Gue gak ngerti dan gak tau pasti apa penyebab mereka
putus. Yang gue tau dari Nova sih, katanya dia cape pacaran jarak jauh gitu
(LDR). Lagian putusnya sebelum gue dekatin Nova kok, jadi bukan salah gue dong
kalau mereka putus. Kemudian masalah perebut pacar orang. Haha, gimana bisa gue
di bilangin perebut pacar orang. Dekatin cewe jomblo aja gue takut, apa lagi
yang sudah punya pacar. Ya mana mungkin kali gue bisa rebut pacar orang. Terus
masalah Ade, ok itu cerita lalu, dan sumpah deh bukan gue yang buat dia sakit
hati. Malah dia yang buat gue sakit hati, sampai gue di putusin gitu.
Selanjutnya, ini adalah masalah yang terakhir dan yang ngebuat gue gak bisa
ngebantah apa-apa. Gimana enggak? Dia bicarain soal tampang. Kampret abis nih
ihh. Oke jujur aja, si Nova Indah Putri itu emang termasuk dalam katagori the
best IPA. Maksudnya ya kaya termasuk dalam golongan orang yang tercantik di IPA
gitu, gue juga gak ngerti sih ini yang mengklarifikasikan itu siapa. Haha dasar
anak SMA. Sementara itu gue, yah beginilah gue. Orang biasa dengan tampang
biasa dan kehidupan yang biasa-biasa saja. Tapi kenapaaa? Kenapa gue gak boleh
dapatin kebahagian dengan orang yang gue cintain?. Kenapa sih, iri sama gue?
Kenapa harus iri? Sini tukar kehidupan, dan rasain gimana gak enaknya jadi gue
diginiin. Sebelumnya juga gue ada pacaran dengan beberapa kakak kelas yang di
anggap cantik. Terus ya sama nih kaya gini, banyak dapat pujian dan komentar.
Cuma bedanya, gak ada tuh yang ngurusin hubungan kita kaya gini ini nih. Ini
malah dapat hinaan, sakit hati gue.
Tanggal
17 desember 2010. Tepat sepuluh hari gue jadian sama Nova, sudah dua hari pula
gue gak ada jalan sama dia. Ahh ini menyebalkan, beberapa kali sudah teman gue
Linda dan Windy, mencoba untuk menenangkan fikiran Nova agar tidak terpengaruh
terhadap perkataan orang lain. Tapi apa daya, orang lain itu sesungguhnya bukan
orang lain, mereka adalah teman-teman Nova itu sendiri. Yang dalam fikiran
Nova, teman-temannya itu ingin yang terbaik untuknya. Dua orang lawan sekelasan
orang? Gak mungkin bisa. Akhirnya secara tiba-tiba muncul beberapa sms di hp
gue yang telah membangunkan gue dari tidur siang setelah pulang sekolah. Isi
SMSnya itu tidak lain dan tidak bukan adalah SMS minta putus. Ohh Nooo, baru
bangun tidur, terus nerima SMS di putusin itu sungguh menyakitkan. Sumpah dah.
Kenapa sih kenapaaa??? Gue mencoba untuk mempertahankan hubungan ini dengan
berbagai alasan dan berbagai kata yang gue punya, tapi percuma. Gue juga sudah minta
bantuan sama Linda, Windy, bahkan Nisa. Tapi, ahh percuma juga. Kepalanya
terlalu keras seperti batu. Hasutan-hasutan yang luar biasa itu telah
melumpuhkan cinta Nova dan sekaligus telah menghancurkan hati gue. Sekeras
apapun gue telah mencoba, tetapi tetap aja hubungan ini tidak bisa di
pertahankan. Hingga saat ini, cerita itu sudah menjadi titik dalam akhir
cerita. Tidak ada koma dan tidak ada paragraf baru untuk melanjutkan cerita.
Berakhir.
Hadiah
itu gak perlu yang mahal, yang terpenting itu tulus dari hati. Gak mahal bukan
berarti murahan!. Jatuh cinta dengan ornag yang lebih tua itu boleh saja, jatuh
cinta dengan orang yang di anggap cantik dan di anggap gak cocok untuk kita
yang tampangnya pas-pasan itu juga bisa aja. Asal, harus tau konsekuensinya.
Namun jika sungguh-sungguh ingin menggapai cinta itu, gapailah dengan semangat
yang di dorong oleh ketulusan hati. Jadikan kisah gue ini sebagai pelajaran, ya
kali aja ada yang lagi mengalami hal seperti ini. Huehehe...
Sebuah cerita cinta
sederhana dibalik kado yang sangat sederhana.
#Batu berbentuk Love itu terlihat fotonya pada bagian paling atas post ini.
TERIMA
KASIH
***
wanjirrr. cerita lo, sumpah keren banget bro. bisa banget ya lo perjuangin. meskipun awalnya rada takut sih. haha.
ReplyDeletetapi emang ya gosip susah ditepis. semoga lo cepat move on bro
Haha, perjuangan cinta itu kadang membuat gue bahagia. haha
Deleteiya, gosip menghancurkan segalanya. hoho okk bro
ceritanya nyess banget. awal sampai tengah bikin senyum-senyum, tapi bagian endingnya bikin gemes. ugh. cewe emang gitu sih gampang kepengaruh omongan orang.
ReplyDeleteHehe iya, hue yang ngejalaninnya juga bahagia di awal-awanya, tapi sedih, muak juga karena pisah karena alasan kaya gitu.
DeleteIya, cewe mah emang gituu. Tapi yg salah bukan si cewenya, tapi teman-temannya. Haha
belum jodoh kali ya. suka sama paragraf akhirnya :))
ReplyDeleteIyaa, kami memang sepertinya tidak berjodoh. Hoho, iya terima kasih.
Delete