Monday, January 27, 2014

Cinta Sederhana





Hari ini gue ngerasa jadi sapi, kenapa? Karena gue sedang berada di bagian belakang truk besar. Bagaikan sapi yang siap untuk di korbankan. Ohh no, ini mengerikan. Loe bayangin aja, ada di bagian bak truk rame-rame dengan beberapa orang, terus supirnya ugal-ugalan di jalanan yang banyak tikungannya. Teringat akan beberapa waktu silam ketika gue masih sd, gue di ceritain oleh paman gue. Dia cerita waktu dia SMP dulu, dia pernah berhentiin mobil truk bersama dengan teman-temannya untuk pergi bolos dari sekolah. Truk itu bermuatan batu-batuan gunung yang besar. Kemudian ketika di jalanan, truk itu terbalik. Tiga temannya meninggal, sisanya selamat termasuk dia. Ahh... Gilaaa gilaa. Itu mengerikan, gue bingung gimana caranya paman gue itu bisa selamat. Ahh tapi sudahlah. Abaikan. Mungkin dia sangat beruntung bisa selamat dari batuan gunung, tapi disini gue lebih sangat beruntung karena gue disini walaupun berada di bagian belakang truk tapi gue bersama dengan wanita-wanita cantik terutama kakak-kakak cantik dalam organisasi PMR (Palang Merah Remaja). Hoho...


Palang Merah Remaja, enatah apa alasan awal yang ngebuat gue bisa ikut dalam organisasi ini. Yang jelas, gue sudah punya alasan terbesar ketika gue sudah menjadi anggota PMR ini. Alasan gue itu adalah : karena ceweknya cantik-cantik, apalagi kakak kelasnya. Aaa...  Suatu ketika, aku melihat sesosok wanita yang telah memikatku pada pandangan yang pertama. Waktu itu gue lagi memasang tenda, tanpa alasan apa-apa, gue menoleh kebelakang dan pandangan gue langsung terpaku pada satu titik. Ohh sial. Hanya dalam beberapa detik, gue sudah merasakan hal yang membuat jantung gue deg-degan begitu cepat. Ini belum pernah terjadi sebelumnya. Cantiknyaaa... Berkulit putih, tinggi sekitar 157 cm, berbadan ideal, rambutnya di ikat ponitail, dan berkacamata. Wow. Dia adalah kakak kelasku, seniorku di PMR, aku belum pernah melihatnya melatih para junior. Tapi dia tiba-tiba ada ketika kemah perkenalan di sekolah sebulan yang lalu. Aku melihat pandangannya yang waktu itu juga tertuju padaku, kami saling bertatap mata dalam jarak 3 meter. Walaupun hanya beberapa detik, tapi gue yakin ini cinta. Haha... Saat acara malam itu dia jaga di pos 2, dia adalah orang yang paling kepoin gue di pos itu, gue gak ngerti kenapa. Padahal, teman-teman yang lain biasa aja. Gue sebagai junior ya cuma bisa pasrah di kerjain macam-macam.

Ok, kembali ke truk. Ini adalah kemah pengukuhan PMR. Dimana para junior harus belajar, dan siap untuk di kerjain oleh para senior selama tiga hari yang berlokasi di sebuah desa di Kalimantan Timur. Pada saat kemah ini gue gak dekat dengan gadis berkacamata itu, gue justru dekat dengan Nanda yang juga senior gue di PMR. Selama perkemahan gue sering bersama Nanda, tapi gue gak bisa bohongin diri gue sendiri kalau sebenarnya yang gue mau itu gadis berkacamata itu, bukan Nanda. Di hari kedua ada acara penjelajahan yang mengharuskan kami berjalan beberapa kilo meter dengan jalan yang mengerikan untuk menuju ujung dari air terjun 21. Karena jalannya begitu terjal dan licin gue bersama dengan Nanda jalan bergandengan, sementara itu, gue lihat gadis kacamata itu berjalan di depanku bersama dengan teman-temannya. Sungguh ingin rasanya gue melepas tangan Nanda untuk segera meraih tangan gadis itu. Tapi, itu gak mungkin.

Di hari terakhir kemah, ketika beberapa jam sebelum persiapan untuk pulang. Kami di kumpulkan di pinggir sungai untuk acara Ramah Tamah. Para junior dan senior di pisahkan oleh aliran air yang hanya berjarak dua meter. Kami duduk di batuan sungai dengan air yang sangat jernih. Saat itu kami diharuskan untuk mengungkapkan pesan dan kesan selama kemah tiga hari disini. Gue sangat menunggu giliran untuk gadis kacamata itu. Dia pun akhirnya berdiri.

“Nama saya Nova Indah Putri, dari kelas XI IPA B. Kesan selama perkemahan disini, ya sudah tentu menyenangkan, seru, rame dan juga melelahkan. Pesannya : Semoga acara ini akan tetap berlangsung stiap tahun dan selalu seru kaya gini”

“Tanggal lahir, Tanggal lahir” Seru beberapa teman-temannya yang sedang menggodanya.

“Hmm... tanggal lahir 3 November 1993”

            Ehhh...? tanggal 3 november kan hari ini. Waah pantas teman-temannya pada ribut. Sweet Seventeen ya? Hmm... mau kasih apa di tengah hutan gini. Gue bergumam sendiri di dalam hati. Tak lama gue menenmukan sebuah ide ketika secara tak sadar gue liat ada sebuah batu di genggaman. Banyak hamparan batu sungai yang indah-indah di hadapan gue, bahkan yang sedang gue dudukin sekarang ini. Gue mencari batu yang berbentuk love. Dari sekian banyak batu yang ada, gue menemukan satu yang cukup menyerupai bentuk hati. Tapi kurang, gue ngerasa ini tidak sesempurna yang gue inginkan. Gue memahat batu itu dengan cara menggesek-gesekkannya ke batu yang lain hingga bentuknya menyerupai sempurna. Gue memahat dengan penuh penghayatan dan penuh ketulusan, sembari melihat wajah gadis itu. “Nova Indah Putri”, Indah seperti namanya. Sesaat sebelum pulang, sungguh ingin rasanya gue menghampirinya untuk memberikan kado yang sangat sederhana ini. Tapi, gue ngerasa canggung dan merasa tidak punya nyali. Dia duduk di pinggir sungai bersama dengan teman-temannya. Haruskah gue datang terus bilang “Hey, selamat ulang tahun. Sorry Cuma bisa kasih ini” Terus dia bilang “ Apaan ini batu? Haha sampah” *kemudian di lempar ke sungai*. Ahh... mati mati, malunyaaa. Mau di taruh mana muka gue kalau kejadiannya seperti itu. Tapi masa iya sih gitu? Gak mungkin ah. Guenya aja kali yang jadi pecundang. DASAR PECUNDANG. Akhirnya sampai pulang dari kemah, bahkan sudah sampai di rumah, batu itu tetap berada di genggaman gue. Ahh payah.

            Di sekolah, pernah beberapa kali gue membawa batu itu. Tapi percuma, tetap aja gue masih belum punya nyali. Yang bisa gue lakukan hanyalah memandangnya dan memandangnya. Nova, si gadis berkaca mata itu memang telah benar-benar membuat gue deg-degan setiap hari. Lumayan ya buat kesehatan jantung, haha. Setiap kali gue liat dia menuju ke arah kantin, pasti dah gue langsung ajakin teman gue ke kantin. Bahkan saat lagi belajar, dia lewat kelas gue. Terlihat Nova dengan kacamatanya, kulitnya yang begitu putih dan rambutnya yang begitu indah. Ahh... gue langsung pamit ke toilet. Ehh toilet ngapain? Tidak tidak tidaaaak, ini gak seperti yang kalian bayangkan. Maksud gue, minta izin ke gurunya aja yang bilang ke toilet. Tapi gue gak ke toilet, gue ke kantin ngekorin si Nova, Hoho. Bolos mata pelajaran kelas demi rasa cinta yang gue sendiri belum pernah tau apakah ini terbalas atau tidak. Bagaimana mungkin bisa gue mengutarakan cinta. Bahkan untuk menyapanya saja, gue masih canggung. Kaaak sapa gue dong sesekali aja, pecundang cinta ini butuh sedikit lampu hijau. *Haha terlalu berharap sekali yaa!*.

            Setahun setelah perkemahan itu berlangsung. Sekarang gue sudah duduk di kelas XI IPS C. Beberapa kisah cinta yang lain telah gue lalui. Beberapa kali pacaran dengan lain wanita, termasuk Nanda. Semua cinta telah berakhir. Tapi ada cinta lama yang hadir kembali setelah beberapa lama gue lupakan. Nova. Saat itu, gue menghampiri motor gue di parkiran. Ketika itu, gue melihat Nova berada di parkiran di samping motor gue, sedang duduk manis menunggu temannya. Huuh... gue menghela nafas. Mencoba untuk menenangkan diri agar tidak gugup. Perlahan gue mulai mendekat ke arah Nova. Terlihat sebuah senyuman yang begitu indah terlontarkan kehadapan gue. Eh untuk gue nih?. Gue membalas senyuman itu dengan senyuman terbaik yang gue punya.

“Eh loe masih ikut PMR kah?” Nova membuka pembicaraan
“Iya masih PMR kok” Dug-dug... dug-dug... Detak jantung berdenyut kencang.
“Gimana kemahnya kemarin? Seru kah?”
“Iya seru banget, tapi masih rame yang tahun lalu sih”
“Ehh iya kah?”
“Iya, kenapa kemarin gak ikut?” Dug-dug. Dug-dug. Dug dugggg. Semakin berdenyut kencang
“Hmm sudah kelas 3 ini, mau belajar, hehe”
“Hooh iya ya. Anak IPA”
“Haha tau aja. Loe IPS yaa?, IPS apa?”
“IPS C, hehe. Eh itu temannya sudah datang, gue duluan ya?” Dug-dug. Dug dug duuuug dug duug dug dug. Aaa tidak, mau meledak ini kakaaak...
“Iya, hati-hati” *Senyum manis*
“He iya” *Senyum* Aaaaa.... gue mau terbang, mau terbaaang. Pegang gue kakak, pegang gue.

            Percakapan itu telah membuat rasa gue kembali. Ya rasa yang gue sendiri masih belum yakin ini cinta atau apa. Yang jelas, hanya berada di dekatnya saja gue merasa damai, merasa bahagia, merasa salah tingkah, selalu terpaku pada pandangan untuknya, merasa gugup, ah kapan gue bisa dekat dengannya?. Beberapa hari lalu, saat pulang sekolah. Gue ada di belakangnya, sama-sama mengendarai motor. Kemudian dia menoleh-noleh ke belakang. Ke arah gue. “Ey, nis itu yang anak PMR itu kan?”  Dia berbicara kepada temannya, kemudian menoleh lagi ke arah gue. Tapi gue salting, gue langsung membelokkan arah motor gue. Kami berpisah di persimpangan. Setelah gue belok, sungguh ingin rasanya gue kembali putar arah untuk mengejarnya lagi, tapi gue rasa percuma. Jarak rumahnya dari sekolah Cuma beberapa ratus meter doang. Ahh menyesal dah. Tapi peristiwa di parkiran itu telah melenyapkan rasa sesal gue. Justru gue akan memberanikan diri untuk mendekatinya.

            Bingung bagaimana cara mendekatinya, akhirnya gue memutuskan untuk mencari tau nomor HP-nya. Lewat teman gue yang sebenarnya sekelas dengan dia “Linda”. Sempat sih beberapa waktu lalu gue mencoba nyari Nova di Facebook, tapi gak ketemu. Padahal sudah gue coba semua nama, mulai dari nama asli sampai nama alay kayak : “Nhova Inndah Puteri” “Nhova sii gadies Kacamata” “Nhova Ingiend Di Chintha” “Nhova Si Gadhies Bhawel”. Ahh percuma hasilnya pun nihil. Linda pun memberikan no HP Nova ke gue. Kosong delapan lima tujuh bla... bla... bla... Gue mencoba dengan SMS pertama.
“Ini no Nova kah?”
“Iya, siapa ya?”
“Sorry ganggu, Ini gue Cholis, hehe”
“Ohh Cholis, Kenapa lis?”
“Hehe gak apa kok, Cuma mau ucapin selamat ulang tahun aja, walaupun telat”
“Haha, emang tau kapan tanggal lahir gue?”
“Hmm... Sejujurnya gue selalu mengingat tanggal itu”
“Kenapa bisa?”
“He gak kok. 3 November kan?”
“He iya, sudah lewat”
“Iya gue tau. Ini aja sudah tanggal 23 November. Haha. Tapi selamat ulang tahun yaa”
“Hee iya, makasih cholis”

            Beberapa percakapan-percakapan kami bicarakan. Gue ngerasa senang karena dia meresponnya dengan cukup baik. Di sekolah pun kami saling menyapa. Ada sempat gue bercerita mengenai sebuah batu. Iya batu yang dulunya ingin gue berikan untuknya setahun yang lalu. Kini gue ingin mencoba lagi untuk memberikan batu itu kepadanya. Batu berbentuk lambang cinta itu kini telah berwarna merah, gue memberikan warna kepada batu itu dengan menggunakan pilok. Haha terlihat lebih indah kok, dan terkesan lebih nyata dengan warna merah yang ada.

            Tanpa terasa kami menjadi akrab, pembicaraan kami selalu nyambung. Akhirnya gue memberanikan diri untuk mengajaknya jalan di saat malam minggu. Gue menjemputnya tepat di depan rumahnya. Dengan T-shirt berwarna ungu dan celana jeans berwarna biru mudanya, dia menghampiri gue dengan senyman.
“Hey, mana kacamatanya?”
“He gak pakai, Cuma di pakai kalau ke sekolah aja”
“Hooh iya, buruan naik”
Kini untuk pertama kalinya dia berada begitu dekat dengan gue. Sumpah, ini adalah perasaan yang bahagia, senyum-senyum sepanjang jalan. Berbicara di motor begitu akrab, membuat gue gak gugup lagi. Hingga di suatu taman di pinggir kota, gue menghentikan motor dan segera duduk di bawah gazebo (Gazebo : Payung besar di taman yang terdapat tempat duduk di bawahnya). Sembari menatap langit yang bertaburan bintang, tanpa ada bulan. Sungguh, terkadang langit akan lebih terlihat indah jika tanpa ada bulan. Karena, tanpa adanya cahaya bulan, bintang akan terlihat lebih nampak. Apa lagi kalau melihatnya jauh dari kota yang tanpa banyak cahaya lampu. Itu sungguh pemandangan yang indah dan romantis. Lain halnya ketika melihat bulan purnama yang akan segera mengudara, yang baru saja muncul dari upuk timur. Itu juga merupakan hal yang indah :). Gue merogoh kantong celana gue, dan gue mengambil batu yang sudah gue persiapkan untuk di berikan kepadanya.
“Hey ini batu yang gue ceritakan”
“Hmm bagus kok, loe emang beda dari cowo yang lain, yang biasa ngasih sesuatu dengan barang yang mahal”
“Haha, iya emang beda. Kasihan gak punya uang buat beli berlian”
“Haha bisa aja, ini aja gue sudah senang kok”
Canda tawa, di bawah taburan bintang yang menghiasi malam, malam dimana pertama kalinya gue bersama dengan wanita yang sudah lama gue inginkan.. Sesuatu yang bisa di sebut romantis dalam masa PDKT ya?, haha.

            Sejak hari itu, kami menjadi lebih dekat. Tak hanya malam mingu, terkadang kami jalan walaupun hari-hari sekolah seperti biasa. Hingga di suatu malam, gue ngajak Nova jalan. Malam yang sedikit berbeda dari yang sebelumnya, gue mengajaknya untuk Dinner di sebuah cafe. Niatnya sih gue mau nembak dia disitu, tapi gak jadi deh. Kayanya langit sedang tidak bersahabat dengan gue. Jadi kami buru-buru untuk pulang, mengingat waktu sudah hampir jam 10 malam. Di perjalanan, secara tiba-tiba hujan turun dengan lebatnya. Tanpa banyak bicara, gue langsung membelokkan arah motor gue ke depan sebuah toko yang sudah tutup untuk sekedar berteduh. Kami duduk di sebuah kursi, sambil memandang jalanan yang terdapat beberapa orang yang sedang menerobos hujan.
“Hey, loe basah gak?” Gue mengawali pembicaraan
“Enggak kok”
“Sorry ya, Padahal sudah tau langit sedang mendung, tapi gue malah ngajakin jalan”
“Iya gak apa kok, lagian tadi kan langsung berteduh, gak sempat kena hujan”
“Hehe iya” *memegang tangan Nova* “Nov, kayanya gak perlu banyak ungkapan ya, loe sudah tau kan kalau gue sudah suka sama loe itu sudah lama banget. Lebih dari setahun. Awalnya gue sudah ungkapin rasa ini lewat batu itukan?. Melalui sikap gue akhir-akhir ini juga. Gue juga sudah cerita tentang gue yan selalu perhatiin loe di sekolah, bolos mata pelajaran buat ngikutin loe ke kantin. Hmm... gue senang, karena tuhan telah memberikan kesempatan buat gue bisa dekat sama loe. Tapi gue ngerasa kedekatan ini butuh kepastian. Kepastian dalam arti, gue mau tau tentang rasa loe ke gue. Nov, gue sayang banget sama loe. Please bisikkan gue tentang rasa loe itu ke gue”
“Hmm... iya gue tau perasaan loe Lis, makasih ya atas semuanya, gue suka batu itu, gue juga suka semua cerita loe tentang gue. gue juga ngerasa nyaman berada di dekat loe, gue bahagia sama loe yang terus buat gue bisa ketawa. Gue juga sayang kok sama loe Lis”
“Hmm... makasih Nov, gue boleh peluk loe gak?”
“Em... gak perlu izin segala kali Lis, kalau sama-sama sayang, ya peluk aja” *senym manis*
“He, makasih ya *Peluk* Eh tapi kita belum pacaran lho. Loe mau jadi pacar gue gak?”
“Haha, iya Lis, gue mau”
“Yes”

            Hujan rintik-rintik terus ada yang lagi pelukan, dengan background toko yang berwarna merah. Pas banget nih, gue suka hujan dan warna merah. Terlebih gue bersama orang yang gue sayang. Buruan fotoin gue, cepaaat nanti gue bayar #Ngomongsamamotor. Setelah hujan reda, gue mengantarkannya pulang ke rumah. Gak jadi nembak di cafe waktu dinner. Gak masalah sih, ini juga gak kalah romantis kok. Pukul 21.53 WITA, Tanggal  7 Desember 2010, Hoho ini adalah waktu gue jadian. Catat yaa.

Awal-awal jadian, sudah tentu sangat menyenangkan, lengket terus, soK sweet dimana-mana, mendapatkan pujian bahkan komentar-komentar. Seiring berjalannya waktu, ada suatu masalah yang mulai muncul. Masalah itu pun datang dari teman-teman sekelasnya. Sebuah pernyataan yang membuat gue terkejut, yang di sampaikan oleh Linda ke gue. Dia mendengar komentar-komentar yang sedang sangat hangat di kelasnya, yang juga termasuk dalam kelas Nova, karena mereka sekelas. Komentar itu seperti ini “Hey Nov. Kenapa bisa loe putus sama Ardi?. Loe tau si Ardi waktu itu hujan-hujan cuma buat beliin loe kado ulang tahun, tapi apa yang dia dapatkan?. Loe putusin dia! Kenapa Nov? Apa karena ade kelas kita itu? Si Cholis. Loe putus sama Ardi mungkin gue masih bisa terima. Tapi kenapa alasan loe putus itu karena Cholis. Dia itu gak pantas buat loe Nov. Dia itu memang tukang perebut pacar orang. Ingat Nov, dia dulu pernah pacarin ade gue, loe ingat gimana ade gue dulu sakit hati gitu. Lagian loe itu cantik Nov, kenapa loe mau sama Cholis, dia itu biasa aja, gak ada cakep-cakepnya. Bisanya ya loe lebih milih Cholis ketimbang Ardi”.

Ok... ok... itu merupakan pernyataan yang cukup menusuk gue, gue juga gak ngerti itu yang ngomong berapa orang, sekelasan kali ya? semacam open discussion gitu? pantas banyak komentar. Ehh tapi kenapa? Padahal gue sering ikut Nova ngumpul kok bareng teman-temannya, lagian beberapa teman kelas Nova itu juga teman gue kok. Tapi, ahh... biarkan gue jelasin dulu  apa yang terjadi disini. Baiklah, Ardi adalah mantan Nova, mereka jadian sudah lebih dari setahun. Gue gak ngerti dan gak tau pasti apa penyebab mereka putus. Yang gue tau dari Nova sih, katanya dia cape pacaran jarak jauh gitu (LDR). Lagian putusnya sebelum gue dekatin Nova kok, jadi bukan salah gue dong kalau mereka putus. Kemudian masalah perebut pacar orang. Haha, gimana bisa gue di bilangin perebut pacar orang. Dekatin cewe jomblo aja gue takut, apa lagi yang sudah punya pacar. Ya mana mungkin kali gue bisa rebut pacar orang. Terus masalah Ade, ok itu cerita lalu, dan sumpah deh bukan gue yang buat dia sakit hati. Malah dia yang buat gue sakit hati, sampai gue di putusin gitu. Selanjutnya, ini adalah masalah yang terakhir dan yang ngebuat gue gak bisa ngebantah apa-apa. Gimana enggak? Dia bicarain soal tampang. Kampret abis nih ihh. Oke jujur aja, si Nova Indah Putri itu emang termasuk dalam katagori the best IPA. Maksudnya ya kaya termasuk dalam golongan orang yang tercantik di IPA gitu, gue juga gak ngerti sih ini yang mengklarifikasikan itu siapa. Haha dasar anak SMA. Sementara itu gue, yah beginilah gue. Orang biasa dengan tampang biasa dan kehidupan yang biasa-biasa saja. Tapi kenapaaa? Kenapa gue gak boleh dapatin kebahagian dengan orang yang gue cintain?. Kenapa sih, iri sama gue? Kenapa harus iri? Sini tukar kehidupan, dan rasain gimana gak enaknya jadi gue diginiin. Sebelumnya juga gue ada pacaran dengan beberapa kakak kelas yang di anggap cantik. Terus ya sama nih kaya gini, banyak dapat pujian dan komentar. Cuma bedanya, gak ada tuh yang ngurusin hubungan kita kaya gini ini nih. Ini malah dapat hinaan, sakit hati gue.

Tanggal 17 desember 2010. Tepat sepuluh hari gue jadian sama Nova, sudah dua hari pula gue gak ada jalan sama dia. Ahh ini menyebalkan, beberapa kali sudah teman gue Linda dan Windy, mencoba untuk menenangkan fikiran Nova agar tidak terpengaruh terhadap perkataan orang lain. Tapi apa daya, orang lain itu sesungguhnya bukan orang lain, mereka adalah teman-teman Nova itu sendiri. Yang dalam fikiran Nova, teman-temannya itu ingin yang terbaik untuknya. Dua orang lawan sekelasan orang? Gak mungkin bisa. Akhirnya secara tiba-tiba muncul beberapa sms di hp gue yang telah membangunkan gue dari tidur siang setelah pulang sekolah. Isi SMSnya itu tidak lain dan tidak bukan adalah SMS minta putus. Ohh Nooo, baru bangun tidur, terus nerima SMS di putusin itu sungguh menyakitkan. Sumpah dah. Kenapa sih kenapaaa??? Gue mencoba untuk mempertahankan hubungan ini dengan berbagai alasan dan berbagai kata yang gue punya, tapi percuma. Gue juga sudah minta bantuan sama Linda, Windy, bahkan Nisa. Tapi, ahh percuma juga. Kepalanya terlalu keras seperti batu. Hasutan-hasutan yang luar biasa itu telah melumpuhkan cinta Nova dan sekaligus telah menghancurkan hati gue. Sekeras apapun gue telah mencoba, tetapi tetap aja hubungan ini tidak bisa di pertahankan. Hingga saat ini, cerita itu sudah menjadi titik dalam akhir cerita. Tidak ada koma dan tidak ada paragraf baru untuk melanjutkan cerita. Berakhir.

Hadiah itu gak perlu yang mahal, yang terpenting itu tulus dari hati. Gak mahal bukan berarti murahan!. Jatuh cinta dengan ornag yang lebih tua itu boleh saja, jatuh cinta dengan orang yang di anggap cantik dan di anggap gak cocok untuk kita yang tampangnya pas-pasan itu juga bisa aja. Asal, harus tau konsekuensinya. Namun jika sungguh-sungguh ingin menggapai cinta itu, gapailah dengan semangat yang di dorong oleh ketulusan hati. Jadikan kisah gue ini sebagai pelajaran, ya kali aja ada yang lagi mengalami hal seperti ini. Huehehe...

Sebuah cerita cinta sederhana dibalik kado yang sangat sederhana.

#Batu berbentuk Love itu terlihat fotonya pada bagian paling atas post ini.

TERIMA KASIH


***

6 comments:

  1. wanjirrr. cerita lo, sumpah keren banget bro. bisa banget ya lo perjuangin. meskipun awalnya rada takut sih. haha.
    tapi emang ya gosip susah ditepis. semoga lo cepat move on bro

    ReplyDelete
    Replies
    1. Haha, perjuangan cinta itu kadang membuat gue bahagia. haha
      iya, gosip menghancurkan segalanya. hoho okk bro

      Delete
  2. ceritanya nyess banget. awal sampai tengah bikin senyum-senyum, tapi bagian endingnya bikin gemes. ugh. cewe emang gitu sih gampang kepengaruh omongan orang.

    ReplyDelete
    Replies
    1. Hehe iya, hue yang ngejalaninnya juga bahagia di awal-awanya, tapi sedih, muak juga karena pisah karena alasan kaya gitu.
      Iya, cewe mah emang gituu. Tapi yg salah bukan si cewenya, tapi teman-temannya. Haha

      Delete
  3. belum jodoh kali ya. suka sama paragraf akhirnya :))

    ReplyDelete
    Replies
    1. Iyaa, kami memang sepertinya tidak berjodoh. Hoho, iya terima kasih.

      Delete