Wednesday, May 15, 2013

Tapi... Haruskah Aku Melepasmu?





            Entah dari mana aku harus memulai.
Sudah terlalu jauh untuk ku ungkit tapi terlalu dekat untukku ingat kembali.

Mungkin sudah sekitar setahun lalu sejak kamu mengucapkan kata putus untuk pertama kali dan itu membuatku benar-benar terkejut mendengarnya. Sekarang kita sudah jalan 1 tahun 9 bulan, sepertinya untuk saat ini aku sudah kebal dengan kata putus yang sering kau ucapkan. Entah berapa puluh kali kau memintaku untuk pergi dari hidupmu.


Alasannya? Mungkin juga puluhan alasan yang kau punya, tapi tak sebanyak itu yang kamu ucapkan. Kamu lebih suka memendam segala perasaanmu tentang aku. Sepertinya memang aku yang salah sejak awal untuk membawamu ke dunia yang belum pernah kamu alami. Aku tau aku adalah pacar pertamamu dari sekian banyak lelaki yang menginginkanmu.

Masalah yang seharusnya sangat tidak penting membuatmu begitu berlebihan. Kesalahanku yang aku anggap bukan apa-apa membuatmu begitu dahsyat menanggapinya. Kesalahan yang kamu buat pun kamu putar balikkan sehingga aku yang salah. Mungkin itu semua hanya alibi agar aku mau terlepas darimu. Akhir-akhir ini bahkan setiap 2 minggu sekali kamu memutuskan aku. Ini aneh, tidakkah kamu berfikir setiap kali kamu mengucap kata PUTUS itu perasaanku seperti apa?. Sejak awal kita menyatukan perasaan kita, sekalipun aku gak pernah mengucap kata PUTUS. Sadarkan kamu semarah apapun aku, separah apapun kamu membuat kesalahan tapi aku gak pernah mengucap kata itu. Kamu tau kenapa? karena aku sayang sama kamu.

Telah banyak hal yang aku lakukan untuk terus mempertahankanmu agar kau tetap bersamaku. Tapi kau tak pernah mencoba untuk mempercayaiku, kamu memang gak pernah yakin akan perasanku ini yang hanya selalu untukmu.

Satu alasanmu yang membuatku benar-benar berfikir keras dan membuatku berfikir ratusan kali. Tau apa? Alasan itu adalah : karena agama. Bukan karena perbedaan agama, tapi karena kamu mau berubah menjadi orang yang lebih baik lagi. Aku sadar, kamu sudah sangat banyak berubah, kamu bukanlah kamu yang aku kenal dahulu. Mulai dari yang gak berjilbab – jadi berjilbab. Dari yang pakai celana pendek - jadi celana panjang. Dari yang pakai celana jens – jadi be rok. Sekarang kamu benar-benar menutup seluruh tubuhmu dengan mengenakan jubah.

Sungguh aku tak pernah mempermasalahkan penampilanmu, aku tak pernah protes akan perubahanmu. Aku justru mendukungmu, bahkan aku ingin menjadi seseorang yang lebih baik sepertimu. Tapi kamu selalu menganggapku adalah lelaki yang buruk. Hey... aku butuh waktu, proses harus berlangsung dengan sempurna. Bukankah untuk seperti itu harus dengan ke ikhlasan bukan karena untuk mempertahankanmu untuk tertap bersamamu kan? Tapi karena hati yang ikhlas.

Kita adalah pasangan yang terpisah oleh jarak, tapi apakah aku tak boleh tetap memilikinya atau pacaran dengannya secara agama? Maksudku sangat jarang kan kita bisa untuk bertemu. Pertemuan kita pun tak pernah bisa berlangsung lama. Atau jika pertemuan itu masih di larang, aku tak akan menemuimu. Aku bisa terima kita hanya menjadikan pacaran ini sebagai status untuk tetap bisa memiliki di masa depan. Karena aku takut jika kali ini kita benar-benar saling menghilang, apakah perasaan kita tak akan sama di masa depan?

Kali ini berbeda dari yang sebelumnya, sepertinya kamu sudah memantapkan hatimu untuk pergi dari aku. Tak banyak yang bisa aku lakukan kali ini, aku bingung. Kamu mematah kartu sim hp mu dan membuat aku benar-benar tak bisa menghubungimu. Teringat akan berbagai cara yang telah kamu lakukan untuk mencoba memembuatku pergi dari hidupmu dan sepertinya kali ini aku memang harus melepasmu. Tapi... Haruskah aku melepasmu?

***

No comments:

Post a Comment