“Hallo ma, asalammualaikum (ngomong
sama orang tua harus sopan)”
“Iya walaikumsalam. Kenapa?”
“Uangku di dompet sisa Rp 58.200 ini, gimana ya?”
(Nah apa lagi kalo mau minta uang, harus lebih sopan :D)
“Waduh kenapa gak bilang dari kemarin, kalo hari ini
mana bisa kirim uang, Bank tutup”
“Iya sih ma aku tau, aku kan Cuma mau bilang aja
supaya mama prihatin. Belum lagi bensinku di motor kosong, kalo aku beli bensin
full, berarti uangku sisa 8.200 aja donk”
“Lagian kenapa bisa habis uangnya, kemarin kan hari
rabu sudah mama kirim 1,3 juta masa sudah habis lagi”
“Iya kan mama ngirimnya rabu yang minggu lalu,
lagian kan buat bayar kost sama beli jaket angkatan”
“eleh itu kan Cuma 600rb aja, masih sisa 700rb lagi
masa baru 10 hari sudah sisa 50rb aja. mama kemarin niatnya mau kirim hari
senin, eh gak nyangka hari sabtu sudah habis uangmu”
*uang Rp 1.300.000 jadi sisa Rp 50.000*
“hehe biasanya kan 1 minggu jatahnya 500rb”
“Ya tapi coba lah jangan boros, ya sudah biar mama
suruh kakak mu transfer”
“eh gak usah aja ma. Hari senin aja ngirimnya”
“ya sudah, beli bensinnya yang eceran aja biar bisa
buat beli makan”
“iya ma”
***
*Dompet menipis*
Dafuuug… Uangku di dompet sisa uang Rp 58.200,-
Uang
kertas biru 50.000
Uang
kertas 5.000
Uang
koin 500 x 4 2.000
Uang
koin 200 x 5 1.000
Uang
koin 100 x 2 200 +
Rp 58.200
Perincian
uang yang cukup tragis.
Gue bukan lah anak ekonomi yang
pintar mengatur uang, justru sebaliknya. Bukan hanya tidak bisa mengatur uang,
bahkan gue gak bisa menahan pengeluaran. Secara tidak sadar uang gue terus
berkurang, tapi kalo gue ingat lagi memang segitulah uang yang gue keluarkan.
Gue sekarang sadar, ternyata bukan tuyul lah yang mengambil uang gue.
Ini gimana ya? di ATM sisa RP 46.000 gak bisa di
ambil. Mana ini hari sabtu lagi masih ada hari minggu untuk di lalui, masa iya
gue harus bisa make uang 50rb dalam 2 hari. Mana bensin sekarat lagi, baju
cucian di laundry belum di ambil, air gallon habis, susu habis, sereal habis,
kopi habis, mie instan gak ada, gebetan gak punya, punya pacar tapi diputusin,
TTMan gak ada, HTSan gak ada juga #eh hubungannya sama duit apa tuh. *abaikan*.
Hal yang lebih mengerikan lagi adalah ketika gue tau
kalau teman gue si Aziz juga gak ada uang dan si Adit ada sih uangnya tapi
untuk bayar printer yang rusak. Yah beginilah kami sukses menjadi gembel malam ini
dan untuk keesokkan harinya. Beberapa saat kemudian datanglah si Firmanda ale
sanjaya atau yang selalu di pangil di mana-mana dengan sebutan Acong (kecuali
ade kelasnya waktu di SMA, dia menyuruh para anak baru untuk memanggilnya Kak
Firman). #Uwoook. Kami berfikir kedatangannya itu akan menyelamatkan kami dari
ke gembelan ini, tapi ternyata kami salah telah berharap padanya. Yang dia
lakukan di kost gue cuma tidur-tiduran, nyalain lagu dangdut koplo di speker
keras-keras, kirim film, cerita tanpa henti bagaikan pelawak yang hadir untuk
mengisi acara malam minggu bagi kami para pejuang cinta yang telah gagal.
Tanpa sadar hari mulai larut malam, si Acong pun telah
pulang ke kediamannya yang entah gue juga gak tau dimana. Beberapa saat setelah
itu si Adit mengajak kita jalan. Saat itu waktu telah menunjukkan pukul 11
malam. Kami tak memiliki tujuan perjalanan, perut kami terasa lapar. Teringat
saat awal bulan kami berlibur di Balikpapan menghambur-hamburkan uang secara
langsung dan sekaranglah saatnya kami menderita. Perjalanan bodoh ini cukup
menghabiskan banyak waktu, kami mencoba untuk datang ke kontrakan Herlambang,
tapi sayang sekali dia gak ada disana. Setelah dari kontrakan Herlambang kami
memutuskan untuk pulang, di perjalanan aku berhenti di sebuah warung untuk
membeli susu dan Mild. Saat kami ingin pulang Adit memberikan sebuah saran
untuk datang ke kontrakkannya Acong. Yosh kami go menuju kontrakkannya. Saat di perjalanan kami berfikir lagi. Mau
ngapain juga kita disana gak ada kerjaan, sama aja kaya di kost tadi. Batal ke
kontrakkannya Acong.
Kami terus melakukan perjalanan, kami menyatukan
fikiran dan telah sepakat untuk membeli sate di tempat biasa. Tapi sayang
sekali dia tidak ada di tempatnya, padahal si Adit sudah setuju untuk
menggunakan uangnya itu untuk membayar sate dan mengabaikan printer. Kami terus
berjalan mengelilingi kota Samarinda seakan mengukur jalanan. Gue meminta
kepada mereka berdua untuk menghentikan perjalanan tanpa tujuan ini dengan alasan
bensin gue akan segera habis. Sayang sekali permintaanku itu memberikan gue
sebuah jawaban dari apa yang gak gue duga, *tujuan dari perjalanan ini adalah
menghabiskan bensin di motor gue*. Dafuug… apa-apaan coba? mereka mau mati apa?
besok mau makan pake uang apa kalo uang gue habis. Beberapa saat kemudian
mereka sukses besar, bensin gue habis di daerah tepian. Hedeeh beli bensin kan
jadinya.
Kami duduk di tepian sekitar jam 2 malam, kami
berfikir dengan uang yang minim ini kita bisa beli apa? musyawarah kami
menciptakan sebuah jawaban. Membeli lauk kemudian memasak nasi lalu meminum
susu. Itu pasti solusi yang tepat untuk makan kenyang dengan uang minim. Oke
kami membeli ayam bumbu merah 3 potong, kami sampai di kost sekitar jam 3 dini
hari.
Huaaa… baru ingat kalau beras habis terus galon kosong.
Kami setres, ini adalah siksaan, kami pasrah dengan keadaan. Kami memutuskan
untuk main domino sambil menunggu matahari terbit untuk membeli beras dan galon.
Permainan domino ini gue fikir adalah permainan yang akan membuatku merasa
nyaman, ternyata gue salah. Ini adalah permainan siksaan, dimana orang yang
kalah harus menggantungkan botol berisi minuman yang di gantungkan di telinga. Bukan
hanya berat di telinga, tapi juga sakit karena tali yang di gunakan untuk menggantungkan
botol di telinga adalah karet gelang (nilon).
Permainan berlangsung seru, tapi kami merasa bahwa
kami harus istirahat sejenak untuk memakan ayam bumbu tadi tanpa nasi. Haduh memang
sih ayam ini cocok untuk di makan pagi-pagi seperti untuk sarapan gitu, tapi
gimana kalo kelaparannya dari tadi malam. Ini namanya ayam cemilan, setelah
makan kami bingung mau minum apa. Gue melihat botol minuman yang ada di telinga
aziz, gue meminumnya walaupun gue sadar air minum itu adalah air dari keran,
tapi ya mau gimana lagi namanya haus. Mereka pun juga meminum air itu tanpa
berfikir. Kami melanjutakan permainan. Berkali-kali gue meminta untuk
menghentikan permainan ini tapi percuma 2 lawan 1. Ya gue kalah, padahal rasa
kantukku ini sudah begitu menggila.
Waktu sudah menunjukkan pukul 6.30 aku membuka
twitterku. Terlihat di berandaku beberapa teman SMA gue dulu merencanakan untuk
berjoging bersama. Gue memention si Imah dan Ibnu, niatnya sih cuma mau tanya
jogging dimana. Eh malah di ajakin, memang sih tempat mereka jogging itu gak
jauh dari kost gue, tapi ya gimana yah. Gue ngantuk ahh, masa belum ada tidur
terus kelaparan lagi eh mau jogging. Kalo pingsan di jalan gimana?
Alasan gue mengantuk karena gak tidur itu gak di
hiraukan oleh mereka. Mereka tetap meminta gue untuk datang. Akhirnya gue
memutuskan untuk datang. Dengan tampannya gue berlari menghampiri merkea. Gue,
Ibnu, Syamsul, Imah dan Iga yang datng, hih ternyata hanya sedikit, tau gini
gue tidur aja lah. Terlanjur ah sudah, mending jogging aja mumpung rame dan
banyak cewek hihi.
Masih berlari dengan tampaannya bersama dengan Ibnu
dan Syamsul (tanpa Imah dan Iga karena tertinggal di belakang ). Saat berlari
gue menyadari sesuatu, gue make jaket PORKAB yang tulisannya di belakang adalah
Tanah Grogot, aduuh salah kostum ini. Tapi gak masalah dah gue bangga kok sama
kota kelahiran gue. Jogging di minggu pagi ini kayaknya bukannya bikin tambah sehat
tapi malah bikin tambah dosa. Gimana enggak, cewek-ceweknya aduh gue bingung
ini untuk menjabarkannya. Yang jelas penampilan mereka yang walaupun sexi itu
tetap aja rasa kantuk ini tidak terobati.
Setelah joging sekitar jam setengah 10 dengan uang
di kantong 10 ribu gue bersama Ibnu dan Syamsul berniat untuk mencari bubur
ayam. Ini perjalanan yang menyiksa, tanpa tau arah tapi tau tujuan. Dalam
keadaan mengantuk gue harus mengendarai motor keliling samarinda demi bubur
ayam. Jam 11 siang gue sampai di kost, ketampanan gue berkurang drastis,
semangat gue, tenaga gue sudah terkuras habis. Tanpa melakukan banyak hal, gue
langsung loncat ke ranjang untuk tidur. Terlihat aziz yang tanpa tidur namun
sudah dandan dengan ganteng itu akan segera menjadi penolong kami untuk
menambah saldo keuangan gue buat makan malam ini karena uang gue cuma sisa
untuk makan siang
Setelah makan siang, gue sudah gak punya uang
sepeserpun 0,00001 rupiah aja gak ada. Tragis, untungnya Aziz pulang untuk
menormalkan keadaan malam itu. Gue dan aziz (tanpa Adit karena dia pulang ke
kostnya) selamat dari keadaan ini. Horee...
***
*BONUS hoho*
Taktik pertahanan hidup yang mengagumkan...
ReplyDeletehaha bukan mengagumkan, tapi menyedihkan
ReplyDelete