Tuesday, June 4, 2013

Penumpang Terduga Perampok





            Hari ini adalah hari senin, hari dimana kebanyakan para pelajar dan mahasiswa merasa bahwa ini adalah hari yang sangat melelahkan dan memuakkan di bandingkan dengan hari yang lainnya.

            Gue mengawali minggu ini dengan perasaan bahagia, otak gue sudah ter refres dan siap menghadapi segala ke suraman untuk beberapa minggu kedepan. Kenapa gue menjadi segar di awal minggu ini? Itu karena gue baru aja pulang ke kampung halaman gue meskipun hanya 4 hari.

            Sampai di kampus gue harus sedikit merasa shock. Kenapa? karena kabar gembira yang bikin nyesek baru saja terdengar dari mulut Septian Bagus yang tanpa merasa berdosa.



            “Eh lis pulang lagi kah besok?”

            “Lho kenapa gus?”

            “Hari rabu sampai hari minggu libur”

            “... (tahan nafas). Eh kenapa gak bilang dari kemaren. Kalo tau gini kan gue mending bolos aja, Cuma 2 hari aja kuliah”

            “Lha aku juga baru tau tadi ini”

            “Haduh... gue fikir dulu ini pulang lagi atau gak. Masalahnya capenya masih terasa ini”

            Gue gak tau harus pulang lagi atau enggak, tapi sayang kalo libur lumayan lama gak pulang, rugi rasanya.

            Pelajaran pertama hari ini adalah Bahasa Inggris TIK, waktunya prsentasi. Prsentasi ini menghabiskan banyak waktu, 2 jam berlalu dengan sangat terasa.
- Kabar gembira lain muncul : Dosen kalkulus gak masuk hari ini.
- Kabar menyebalkan pun ikut muncul : Dosen Bahasa inggris TIK melanjutkan mata kuliah karena dosen selanjutnya tidak datang.

Ahh... gue bingung harus memberikan expresi wajah yang seperti apa. Hawa iblis dalam diri gue pun muncul. Bolos ke kantin sama Abiel. Gak ngerti kenapa gorengan disini enak banget walaupun mahal gue selalu datang. 1 jam telah berlalu. Gue kembali menuju ke arah kelas, di tangga-tangga gue bertemu dengan Fauzi dan Ade. Kami menunggu dosen itu keluar. Cuaca mulai memanas, kami berpindah ke tempat yang lebih sejuk. Di tangga yang lain kami melihat ada  seorang cewe cantik duduk sendirian. Berpakaian rapi, rok di atas lutut dan sendirian. Gue menuruni tangga dengan perlahan sambil teriak “Ohayogozaimas”(Selamat Pagi) *bahasa jepang* Ini adalah kesempatan yang pas. Kami duduk di tangga tepat di bawah anak tangga yang hanya berjarak 2 meter darinya. Tau apa yang kami lakukan terhadapnya?
Tidak ada. Ya kami hanya duduk di dekatnya tanpa menghiraukan keberadaannya. Tapi kalo di fikir, itu juga hal yang jahat. Kenapa? iya kami ada di dekatnya tapi kami tak berbicara sehuruf pun seolah dia adalah wanita jelek yang tak pantas di ajak bicara. Maka cantik kaya cewe jepang.

            Waktu terus berlalu, dosen keluar dari kelas kami. Kami pun masuk ke kelas, tanpa banyak membuang waktu gue lansung pergi dari kampus menuju kost.

            Sendirian di kost, ok main game on line Point Blank. Beberapa waktu kemudian datanglah si Adit, kedatangannya tak berpengaruh apa-apa. Gue tetap bermain laptop. Tak terasa waktu telah menunjukkan pukul 4 sore, tiba-tiba hp gue berdering. Ada sebuah SMS dari Septian Bagus, gue harap SMSnya memberikan kabar baik yang tanpa nyesek.

            “Eh lis pulang aja sudah besok, besok itu libur dari hari selasa – minggu”

            “What the kampret”

            “Iya lis besok sudah libur, dosennya gak masuk juga”

            “Sejak kapan loe tau kalo libur”

            “Dari jam 12 tadi sih gue di kasih tau Widi (kating)”

            “...(Banting I Phone) *Memng punya kah?* Eh kenapa gak bilang dari tadi  siang, aduhh tau gitu kan gue sudah pulang jam 12. Sudah jam 4 gini mana sempat pulang”

            “Ya mana gue tau lis kalo kamu mau pulang”

            Dasar Bagus. Untung namanya Bagus kalo jelek gue hina-hina dah. Ok fine, gue pulang besok pagi sebelum Aziz berangkat kerja di Jam 7 pagi.

            Keesokan harinya gue bangun jam setengah 10 lewat, yee gak jadi berangkat pagi dah. Teringat semalam gue tidur di jam 3 pagi karena main game. Ok packing dilakukan. Jam 10 gue go dari kost, perjalanan gue gak mulus. Gue harus mencari bensin yang sepertinya memang susah karena BBM akan naik 1 bulan lagi. Semua POM bensin sepertinya telah di banjiri pelanggan yang antri dengan panjangnya. Gue memutuskan untuk membeli bensin di eceran, terlihat bensin gue sudah sangat limit. Sepertinya 6 liter sudah cukup untuk perjalanan 250 km. Ok dari Samarinda sebrang gue akan mulai perjalanan tepat di jam 10.30 pagi.
            Melakukan perjalanan panjang sendirian itu Cool, fast, extream and hansome (always). Cuaca yang cerah dengan matahari yang sangat panas ini cukup membuat gue memanas. Dengan kelajuan rata-rata 120 km/jam gue terus menyelip ratusan mobil dan melampaui ratusan kilo meter jalanan aspal yang telah berasap kepanasan.

            Lautan sudah gue sebrangi, itu tandanya gue sudah melampaui kira kira 130 KM. Kini tersisa 120 KM yang harus gue tempuh. My Face yang sudah lusuh dan rembes ini telah mengurangi ketampanan gue 0,1 %. Gue terus melaju berharap bisa menempuh waktu tercepat gue yang telah biasa gue lampaui. Perjalanan yang memang sudah gue hapal mati ini memang membuat gue tidak merasa takut sedikitpun dan bahkan gue merasa anti untuk berhenti walau merasa ingin ke toilet. Karena sungguh perasaan ingin ke toilet itu gue jadikan motifasi agar lekas sampai di rumah (Genius).

            Perjalanan panjang gue tersisa 7 KM. Semangat yang menggebu-gebu karena rekor baru perjalanan gue ini akan segera terpecahkan. Alasan lainnya karena gue pengen ke toilet. Saat itu terlihat ada orang tua di pinggir jalan melambaikan tangannya ke atas. Waduh ini bukan acara Masih Dunia Lain kan? mana hantunya... mana hantunya?. Gue menghampiri orang tua itu dan mencoba mempertanyakan alasan mengapa dia menghentikan perjalanan ini.

            “Ada apa ya pak”

            “Ini nak mau numpang sampai Tanah Grogot” *naik ke atas motor*

            “Eh, saya gak kesana pak, saya cuma di dekat sini aja sebentar lagi sampai” *Kampret ini orang, sudah naik lagi. Gimana ngusirnya ini* (Perasaan terasa gak enak)

            “Oh iya, antarkan saya sampai kuaro aja nak, nanti ada teman saya di sana.”
           
            “Tapi saya juga gak sampai Kuaro pak, saya cuma sampai Modang aja”

            “Iya turunin saja saya dimana kamu berhenti nanti”

            Gimana sih, rumah gue kan gak jauh dari sini, sebentar lagi juga sampai. Ngapain dia numpang. Gue mencoba bertanya lagi :

            “Memangnya bapak ini dari mana?”

            “Saya dari sini aja, asli orang sini”

            “Disini dimana? Memang nama tempat disini apa?” (Heh orang sini asli orang Paser yang kulitnya putih, bapak ini kulitnya hitam. Terus gak ada sama sekali logat bahasa Pasernya) (Nampaknya dia adalah seorang perampok yang hendak merampok gue) *curiga*




            “Yang jelas saya dari sini. Saya minta maaf ya, gak enak ini, belum kenal sudah numpang”

            Waduh bahaya ini, sepertinya dia memang adalah seorang penjahat. Dia gak tau nama tempat-tempat di sini tapi ngakunya orang asli sini.  Gue mulai merasa deg-degan. Rasanya gue mau mencoba untuk mendorongnya ke belakang secara pakasa kaya di film action gitu. Tapi gue fikir itu terlalu kejam. Gue berfikir keras. Akhirnya ada sebuah bolam lampu berwarna kuning menyala di atas kepala gue “Ting” begitulah bunyi bolam lampu itu ketika menyala. Ok gue mulai memperlaju sepeda motor gue. Dengan gaya moto GP yg sering gue tonton sepertinya telah membuat orang tua itu merasa tidak nyaman. Dia menepuk-nepuk pundak gue untuk mencoba berkomunikasi.

            “Nak-nak pelan-pelan saja”

            Gue mengabaikannya dan mencoba beranggapan bahwa dia sedang bernyanyi lagunya KOTAK (Pelan-pelan saja). Gue menambah kecepatan laju motor gue. Dia pun kembali menepuk pundak gue. He says :

            “Nak kalau gak bisa pelan, mending turunin saya di sini aja”

            Haha kata-katanya itu bagaikan seorang wanita yang sedang ngambek, tapi yang sedang gue alamin gak segalau itu. Dengan senang hati gue menghentikan sepeda motor gue. Mungkin kalau dalam kehidupan pemuda yang sedang berpacaran, gue adalah seorang pria jahat yang dengan tanpa beban menurukan seorang wanita tanpa sepatah katapun untuk menahannya. Dia kembali mengoceh :

            “Mending saya jalan kaki dari pada numpang taruhannya nyawa”

            Gue langsung tancap gas dan mulai tertawa terbahak-bahak. Haha... masa penjahat mau jahatin penjahat sih, kan gak mungkin bisa Haha. Gue ngerasa keren waktu itu, tapi kalau gue fikir lagi : bagaimana jika orang tua itu adalah orang baik-baik. Mungkin disni gue lah orang jahat yang sesungguhnya. Tapi biarlah sudah berlalu. Haha.

            Akhirnya gue sudah memecahkan rekor perjalanan gue yang telah tertempuh dalam 4 jam saja dalam jarak 250 KM + Penyebrangan laut.
Itu sama saja 130 Km  = 2 Jam
Penyebrangan laut       =  30 menit
                     120 Km = 1 Jam 30 menit

 Yang pada rekor sebelumnya adalah 4 jam 30 menit dan yang sebelumnya lagi adalah 5 jam. Dalam perjalanan tak normal bisa sampai 8 jam bahkan 12 jam.

            Dari kisah ini gue bisa ambil pelajaran bahwa tak ada kata berhenti saat dalam perjalanan panjang. Terlebih jika yang menghentikannya adalah Om – Om bertampang jahat atau bahkan bertampang mesum. Hiii jijik.


***

5 comments: