Hari ini adalah hari senin, hari
dimana kebanyakan para pelajar dan mahasiswa merasa bahwa ini adalah hari yang
sangat melelahkan dan memuakkan di bandingkan dengan hari yang lainnya.
Gue mengawali minggu ini dengan
perasaan bahagia, otak gue sudah ter refres dan siap menghadapi segala ke
suraman untuk beberapa minggu kedepan. Kenapa gue menjadi segar di awal minggu
ini? Itu karena gue baru aja pulang ke kampung halaman gue meskipun hanya 4
hari.
Sampai di kampus gue harus sedikit
merasa shock. Kenapa? karena kabar gembira yang bikin nyesek baru saja terdengar
dari mulut Septian Bagus yang tanpa merasa berdosa.
“Eh lis pulang lagi kah besok?”
“Lho kenapa gus?”
“Hari rabu sampai hari minggu libur”
“... (tahan nafas). Eh kenapa gak
bilang dari kemaren. Kalo tau gini kan gue mending bolos aja, Cuma 2 hari aja
kuliah”
“Lha aku juga baru tau tadi ini”
“Haduh... gue fikir dulu ini pulang
lagi atau gak. Masalahnya capenya masih terasa ini”
Gue gak tau harus pulang lagi atau
enggak, tapi sayang kalo libur lumayan lama gak pulang, rugi rasanya.
Pelajaran pertama hari ini adalah
Bahasa Inggris TIK, waktunya prsentasi. Prsentasi ini menghabiskan banyak waktu,
2 jam berlalu dengan sangat terasa.
- Kabar gembira lain muncul : Dosen kalkulus gak masuk hari
ini.
- Kabar menyebalkan pun ikut muncul : Dosen Bahasa inggris TIK
melanjutkan mata kuliah karena dosen selanjutnya tidak datang.
Ahh...
gue bingung harus memberikan expresi wajah yang seperti apa. Hawa iblis dalam
diri gue pun muncul. Bolos ke kantin sama Abiel. Gak ngerti kenapa gorengan
disini enak banget walaupun mahal gue selalu datang. 1 jam telah berlalu. Gue
kembali menuju ke arah kelas, di tangga-tangga gue bertemu dengan Fauzi dan
Ade. Kami menunggu dosen itu keluar. Cuaca mulai memanas, kami berpindah ke
tempat yang lebih sejuk. Di tangga yang lain kami melihat ada seorang cewe cantik duduk sendirian.
Berpakaian rapi, rok di atas lutut dan sendirian. Gue menuruni tangga dengan
perlahan sambil teriak “Ohayogozaimas”(Selamat Pagi) *bahasa jepang* Ini adalah
kesempatan yang pas. Kami duduk di tangga tepat di bawah anak tangga yang hanya
berjarak 2 meter darinya. Tau apa yang kami lakukan terhadapnya?
Tidak
ada. Ya kami hanya duduk di dekatnya tanpa menghiraukan keberadaannya. Tapi
kalo di fikir, itu juga hal yang jahat. Kenapa? iya kami ada di dekatnya tapi
kami tak berbicara sehuruf pun seolah dia adalah wanita jelek yang tak pantas
di ajak bicara. Maka cantik kaya cewe jepang.
Waktu terus berlalu, dosen keluar
dari kelas kami. Kami pun masuk ke kelas, tanpa banyak membuang waktu gue
lansung pergi dari kampus menuju kost.
Sendirian di kost, ok main game on
line Point Blank. Beberapa waktu kemudian datanglah si Adit, kedatangannya tak
berpengaruh apa-apa. Gue tetap bermain laptop. Tak terasa waktu telah
menunjukkan pukul 4 sore, tiba-tiba hp gue berdering. Ada sebuah SMS dari
Septian Bagus, gue harap SMSnya memberikan kabar baik yang tanpa nyesek.
“Eh lis pulang aja sudah besok,
besok itu libur dari hari selasa – minggu”
“What the kampret”
“Iya lis besok sudah libur, dosennya
gak masuk juga”
“Sejak kapan loe tau kalo libur”
“Dari jam 12 tadi sih gue di kasih
tau Widi (kating)”
“...(Banting I Phone) *Memng punya
kah?* Eh kenapa gak bilang dari tadi
siang, aduhh tau gitu kan gue sudah pulang jam 12. Sudah jam 4 gini mana
sempat pulang”
“Ya mana gue tau lis kalo kamu mau
pulang”
Dasar Bagus. Untung namanya Bagus
kalo jelek gue hina-hina dah. Ok fine, gue pulang besok pagi sebelum Aziz berangkat
kerja di Jam 7 pagi.
Keesokan harinya gue bangun jam
setengah 10 lewat, yee gak jadi berangkat pagi dah. Teringat semalam gue tidur
di jam 3 pagi karena main game. Ok packing dilakukan. Jam 10 gue go dari kost,
perjalanan gue gak mulus. Gue harus mencari bensin yang sepertinya memang susah
karena BBM akan naik 1 bulan lagi. Semua POM bensin sepertinya telah di banjiri
pelanggan yang antri dengan panjangnya. Gue memutuskan untuk membeli bensin di
eceran, terlihat bensin gue sudah sangat limit. Sepertinya 6 liter sudah cukup
untuk perjalanan 250 km. Ok dari Samarinda sebrang gue akan mulai perjalanan
tepat di jam 10.30 pagi.
Melakukan perjalanan panjang
sendirian itu Cool, fast, extream and hansome (always). Cuaca yang cerah dengan
matahari yang sangat panas ini cukup membuat gue memanas. Dengan kelajuan
rata-rata 120 km/jam gue terus menyelip ratusan mobil dan melampaui ratusan
kilo meter jalanan aspal yang telah berasap kepanasan.
Lautan sudah gue sebrangi, itu
tandanya gue sudah melampaui kira kira 130 KM. Kini tersisa 120 KM yang harus
gue tempuh. My Face yang sudah lusuh dan rembes ini telah mengurangi ketampanan
gue 0,1 %. Gue terus melaju berharap bisa menempuh waktu tercepat gue yang
telah biasa gue lampaui. Perjalanan yang memang sudah gue hapal mati ini memang
membuat gue tidak merasa takut sedikitpun dan bahkan gue merasa anti untuk
berhenti walau merasa ingin ke toilet. Karena sungguh perasaan ingin ke toilet
itu gue jadikan motifasi agar lekas sampai di rumah (Genius).
Perjalanan panjang gue tersisa 7 KM.
Semangat yang menggebu-gebu karena rekor baru perjalanan gue ini akan segera
terpecahkan. Alasan lainnya karena gue pengen ke toilet. Saat itu terlihat ada
orang tua di pinggir jalan melambaikan tangannya ke atas. Waduh ini bukan acara
Masih Dunia Lain kan? mana hantunya... mana hantunya?. Gue menghampiri orang
tua itu dan mencoba mempertanyakan alasan mengapa dia menghentikan perjalanan
ini.
“Ada apa ya pak”
“Ini nak mau numpang sampai Tanah
Grogot” *naik ke atas motor*
“Eh, saya gak kesana pak, saya cuma
di dekat sini aja sebentar lagi sampai” *Kampret ini orang, sudah naik lagi.
Gimana ngusirnya ini* (Perasaan terasa gak enak)
“Oh iya, antarkan saya sampai kuaro
aja nak, nanti ada teman saya di sana.”
“Tapi saya juga gak sampai Kuaro pak, saya cuma sampai Modang aja”
“Iya turunin saja saya dimana kamu
berhenti nanti”
Gimana sih, rumah gue kan gak jauh
dari sini, sebentar lagi juga sampai. Ngapain dia numpang. Gue mencoba bertanya
lagi :
“Memangnya bapak ini dari mana?”
“Saya dari sini aja, asli orang
sini”
“Disini dimana? Memang nama tempat
disini apa?” (Heh orang sini asli orang Paser yang kulitnya putih, bapak ini
kulitnya hitam. Terus gak ada sama sekali logat bahasa Pasernya) (Nampaknya dia
adalah seorang perampok yang hendak merampok gue) *curiga*
“Yang jelas saya dari sini. Saya
minta maaf ya, gak enak ini, belum kenal sudah numpang”
Waduh bahaya ini, sepertinya dia
memang adalah seorang penjahat. Dia gak tau nama tempat-tempat di sini tapi
ngakunya orang asli sini. Gue mulai
merasa deg-degan. Rasanya gue mau mencoba untuk mendorongnya ke belakang secara
pakasa kaya di film action gitu. Tapi gue fikir itu terlalu kejam. Gue berfikir
keras. Akhirnya ada sebuah bolam lampu berwarna kuning menyala di atas kepala
gue “Ting” begitulah bunyi bolam lampu itu ketika menyala. Ok gue mulai
memperlaju sepeda motor gue. Dengan gaya moto GP yg sering gue tonton
sepertinya telah membuat orang tua itu merasa tidak nyaman. Dia menepuk-nepuk
pundak gue untuk mencoba berkomunikasi.
“Nak-nak pelan-pelan saja”
Gue mengabaikannya dan mencoba
beranggapan bahwa dia sedang bernyanyi lagunya KOTAK (Pelan-pelan saja). Gue
menambah kecepatan laju motor gue. Dia pun kembali menepuk pundak gue. He says
:
“Nak kalau gak bisa pelan, mending
turunin saya di sini aja”
Haha kata-katanya itu bagaikan
seorang wanita yang sedang ngambek, tapi yang sedang gue alamin gak segalau
itu. Dengan senang hati gue menghentikan sepeda motor gue. Mungkin kalau dalam
kehidupan pemuda yang sedang berpacaran, gue adalah seorang pria jahat yang
dengan tanpa beban menurukan seorang wanita tanpa sepatah katapun untuk
menahannya. Dia kembali mengoceh :
“Mending saya jalan kaki dari pada
numpang taruhannya nyawa”
Gue langsung tancap gas dan mulai
tertawa terbahak-bahak. Haha... masa penjahat mau jahatin penjahat sih, kan gak
mungkin bisa Haha. Gue ngerasa keren waktu itu, tapi kalau gue fikir lagi :
bagaimana jika orang tua itu adalah orang baik-baik. Mungkin disni gue lah
orang jahat yang sesungguhnya. Tapi biarlah sudah berlalu. Haha.
Akhirnya gue sudah memecahkan rekor
perjalanan gue yang telah tertempuh dalam 4 jam saja dalam jarak 250 KM +
Penyebrangan laut.
Itu
sama saja 130 Km = 2 Jam
Penyebrangan
laut = 30 menit
120 Km = 1 Jam 30 menit
Yang pada rekor sebelumnya adalah 4 jam 30
menit dan yang sebelumnya lagi adalah 5 jam. Dalam perjalanan tak normal bisa
sampai 8 jam bahkan 12 jam.
Dari kisah ini gue bisa ambil pelajaran
bahwa tak ada kata berhenti saat dalam perjalanan panjang. Terlebih jika yang
menghentikannya adalah Om – Om bertampang jahat atau bahkan bertampang mesum.
Hiii jijik.
***
lanjut besok aj dah lis.
ReplyDeleteapanya?
ReplyDeletebacanya lah, tadi malam ngerjain tgas aljabar
ReplyDeletehaha gila kamu lis. kasin tu bapak2..
ReplyDeletedari pada aku di rampok. bahaya
ReplyDelete