Saturday, May 31, 2014

Love In England





            Senja kala itu begitu dingin setelah baru saja di guyur hujan deras selama kurang lebih dua jam. Aku yang ketika itu sedang berada di sebuah toko kaset baru saja membeli kaset DVD the beatles sembari menunggu hujan yang baru saja mereda. Warna jingga senja saat itu begitu jelas terlihat menerobos masuk kedalam toko melalui kaca jendela besar yang tepat berada di depan muka toko. Setelah ku merasa langit telah kembali cerah, aku keluar dari toko kaset itu. Seketika itu aku melihat pelangi di atas langit senja, indah. Bibirku melebar dan melengkung seperti membentuk bulan sabit, tersenyum, menandakan sebuah expresi kesenangan. Namun lekukan bibirku itu berubah perlahan menjadi datar dengan dahi yang mengkerut dan mata yang menyipit seperti expresi sedang melihat sesuatu dan mengamati dengan serius. Yaa, aku mengamati sesuatu, aku melihat seorang perempuan cantik di sebrang jalan, mungkin bidadari yang turun dari pelangi. Tapi, Ahh... khayalan macam apa itu. Aku terus mengamati perempuan itu, perempuan yang sepertinya aku kenali. Entah mengapa, ada yang aneh dari sikap dan gerak geriknya. Tatapannya kosong, apa yang dia fikirkan? Dia ingin menyebrang jalan. Dia berjalan lurus kedepan, begitu juga dengan tatapannya, lurus ke depan. Tanpa ada tolehan kanan-kiri seperti orang yang akan menyebrang pada umumnya. Kemudian, hal yang paling membuatku sontak berteriak adalah ketika dia berhenti di tengah jalan, yang mana pada saat itu mobil sedang merlalu-lalang dengan lajunya karena hari tak lama lagi akan berganti malam.


Toot... toot... toot... suara klakson begitu nyaring terdengar di wilayah itu. Suara klakson yang sudah pasti di tunjukkan kepada perempuan gila itu, perempuan yang telah menghentikan langkahnya di tengah jalan. Tanpa berfikir panjang, aku berlari menuju perempuan itu sembari melambai-lambaikan tanganku kepada supir pengemudi mobil itu agar sesegera mungkin memperlambat atau bahkan menghentikan mobilnya.

Mobil itu berhenti tepat di hadapan wajahku yang hanya berjarak sejengkal. Jantungku berdegup begitu kencang pada saat itu. Mengerikan, ku merasa nyawa dalam tubuhku akan melayang. Tak lama kemudian pengemudi mobil itu keluar dari mobilnya dengan expresi marah yang begitu mengerikan. Ia berteriak-teriak dengan menunjukkan jarinya ke arah perempuan yang ada di belakangku. Aku menoleh kebelakang, ke arah perempuan itu. Dapat ku lihat jelas air mata yang baru saja jatuh menyentuh pipinya. Dia berjalan lagi, berjalan seolah tidak terjadi apa-apa.
“Heyy AWAS!!!” aku berteriak sembari mengulurkan tanganku yang mencoba meraih tangannya. Seorang pengendara motor hampir menyerempet tubuh perempuan itu. Tarikan tanganku itu pun telah menyelamatkannya. Satu tarikan yang membuat tubuhnya terhempas di dalam pelukanku. Saat aku menarik tangannya, yang tidak sampai sedetik berlalu itu, telah membuatku mengenalinya. Aku sempat melihat wajahnya dengan jelas. Ternyata dia adalah Riska. Riska adi lestari, teman sekelasku di kampus. Aku masih memeluk tubuhnya, dia tampak begitu ketakutan, aku bisa merasakannya dari detak jantungnya yang begitu terasa ikut mendebarkan jantungku.
“Hey Ris, ris kamu kenapa? Apa yang terjadi?.” Dia diam tidak menjawab pertanyaaku, bahkan tak berbicara sepatah katapun. Yang aku lihat hanya mulutnya bergetar di barengi oleh suara dentuman-dentuman giginya yang berbenturan. Dia menggigil, memang bajunya yang basah ini saja telah mengisyaratkan bahwa ia kedinginan. Sepertinya sejak tadi dia memang berjalan di dalam hujan, membiarkan tubuhnya kebasahan.
“Ris ayo kita pulang, biar aku yang mengantarmu.” Aku mendengar banyak mata yang memperhatikan kami pada saat itu. Tapi mereka semua diam, termasuk pengendara mobil tadi, ia kembali masuk ke mobilnya. Entah karena alasan apa, aku tidak perduli, yang jelas aku harus segera mengantar Riska pulang.

“Faisal” dia memanggilku. “Aku gak apa kok, gak usah khawatir, tadi aku cuma lagi stress. Biasa, aku kalau lagi stres emang sering gitu.”

“Sering gitu gimana? Sering mau membunuh nyawa sendiri gitu? Kamu itu hampir mati ris”

“Iya-iya maaf, namanya juga lagi stres.”

“Memangnya kamu stres kenapa?”

“Sudah lah, gak apa kok. Yang penting kan sekarang aku sudah lebih tenang. Ohh iyaa, bisa mampir ke mini market sebentar gak?”

Tanpa berkomentar, aku menyanggupinya dan langsung berhenti di depan mini market yang memang kami sedang berada di dekatnya. Aku menemaninya masuk ke dalam mini market, dengan membawa kereta dorong aku membantunya untuk berbelanja makanan ringan. Aku terkejut bahagia, karena satu kereta dorong itu semua penuh dengan makanan ringan yang telah di pilihnya, dan semuanya adalah berbagai varian bentuk kentang goreng dari merek terkenal yang sangat melegenda, yaitu MISTER POTATO.
“Hey ris, kenapa semuanya mister potato sih?”

“Iya, soalnya aku suka banget sama mister potato, emang kenapa kalau semuanya ini?”

“Yaa aku kan jadi senang, bisa minta gitu, hehe”

“Yee, siapa juga yang mau kasih kamu”

Setelah berbelanja dan semua barang sudah di masukkan ke mobilku, kami melanjutkan perjalanan ke rumahnya.

***

            Kami telah sampai di rumahnya, orang tuanya yang sepertinya sudah sejak tadi menunggunya itu, tampak sangat khawatir. Aku pun di persilahkan untuk masuk ke dalam rumah oleh orang tua Riska. Rumahnya terlihat mewah, hiasan rumahnya yang terlihat indah itu membuat mataku tak kuasa jika hanya duduk dan melihat dari satu sisi saja. Aku pun berkeliling bersama ayah Riska yang sepertinya sangat bersemangat bercerita tentang hiasan-hiasan yang terpajang di rumahnya. Terlebih ketika aku melihat tim sepak bola yang terbingkai besar di dinding rumahnya. Mancaster United.
“Waah om fans MU yaa, berarti kita rival dong om, karena aku adalah fans Liverpool, hoho”
Semangat ayah Riska semakin berkobar untuk bercerita lebih banyak. Di satu sisi aku melihat beberapa foto yang terbingkai rapi, dan dari keseluruhan foto itu, latar tempatnya adalah di inggris. Dari itu aku melihat bahwa Riska beserta ayah dan ibunya pernah pergi ke inggris. Aku melihat selembar foto yang menurutku begitu lucu, ada seorang anak perempuan yang berumur sekitar 6-7 tahun sedang menangis di depan pintu masuk kincir ria yang lebih terkenal di sebut dengan London Eye. Haha aku dan ayah Riska sontak berteriak melihat foto itu.
“Hey, apa yang kalian lihat?” Sahut riska

“Haha bukan apa-apa. Ayah lagi senang ini bertemu dengan temanmu yang hobinya sama dengan keluarga kita. Inggris dan segala sesuatu yang berbau dengan inggris. Termasuk  kota-kota yang ada di Inggris, band the beatles, cerita tentang Serlock Holmes, dan masih banyak lagi. Tapi ada satu perbedaan yang menurut ayah bisa membuat kami berdebat tanpa ada henti!” kata ayah Riska

“Haah? Apa itu yahh?”

“Karena ayah fans MU, dan dia adalah Fans Liverpool”

“Haha, om bisa aja” sahutku.

Malam yang panjang saat itu kita habiskan bersama dalam cerita yang sangat panjang lebar dan di temani oleh makanan ringan Mister Potato yang sangat lezat.

***
            Tok-tok, tok-tok. “Sal, faisal bangun. Itu ada yang nyariin.”
“Aduuh, siapa sih bu yang pagi-pagi gini sudah bertamu?”
“Ada cewe cantik itu sama bapaknya yang lagi nyariin kamu!” Seketika aku langsung membuka mataku lebar-lebar. Riska, itu pasti Riska dan ayahnya. Tanpa banyak berpikir aku loncar dari kamar tidur dan langsung berlari ke kamar mandi.
Setelah mandi dan sangat rapi, aku keluar kamar untuk menemui Riska dan ayahnya.
“Lhoo sal, mana kopermu? Hari ini kan kamu harus berangkat” ayah Riska langsung menegurku saat aku baru sampai di ruang tamu.

“Apa om??? Berangkat? Berangkat kemana?”

“Kamu lupa atau pura-pura lupa? Ke inggris, temanin Riska jalan-jalan”

“Lho??? Om serius kah?”

“Serius, buat apa selama ini saya minta data-datamu kalau bukan buat ngurus passport dan visa mu untuk berangkat. Kan sewaktu di rumah dulu kan saya pernah minta kamu untuk nemanin Riska liburan”

“Iyaa, iya om. Saya fikir cuma bercanda. Tunggu om, saya mau mengemas baju.

Hari ini adalah hari pertama libur semester, yang juga hari pertama gue mau liburan keluar negri, dan negri itu adalah Inggris brooo, inggris. Apa gak mimpi yang menjadi nyata ini namanya.

***

Pesawat telah mendarat, kami keluar pesawat dan yang untuk pertama kali aku menginjakkan kaki di Inggris, wuhuuu Inggris bro, inggris. Perasaan bahagia ku ini begitu luar biasa. Bukan hanya karena aku pergi ke Inggris, tapi karena juga yang menemani ini lhoo spesial, Riska, orang yang gue suka sejak semester awal kuliah. Haha

Peradaban yang luar biasa, ini adalah negara yang sangat indah. Negara yang biasanya hanya ku lihat di film-film itu kini aku lah yang merasa menjadi pemeran utama dalam sebuah film.

“Dari pada banyak tidur di hotel, mending kita jalan-jalan aja terus. 7 hari lho disini. Sayang kalau kita gak kemana-mana” Riska berkomentar ketika baru saja aku membaringkan tubuh di ranjang setelah baru sampai di London.

“Heh nantangin ya ris? Ayoo. Kalau gitu 7 hari kita isi dengan pergi ke 7 tempat yang keren di Inggris, plus 7 stadion bola-nya. Gimana? Setuju???”

“Oke setuju, berangkat”

1.        Big Ben.


Tempat pertama di hari pertama yang kita datangin adalah Big Ben.
Big Ben adalah nama yang merujuk pada sebuah menara jam yang terletak di Gedung Parlemen di Westminster, London, Inggris Raya, dan merupakan menara jam terbesar kedua di dunia setelah menara jam "Royal Clock Tower" di Mekkah. 

Sementara untuk stadion, kita datang ke Steamford Bridge - Chealsea

2.      Buckingham Palace


Buckingham Palace adalah kediaman resmi ratu Inggris di London. Istana ini adalah tempat untuk peristiwa-peristiwa kenegaraan, tempat menyambut tamu negara, dan tempat kunjungan pariwisata.

Untuk stadion yang kami kunjungi adalah Emirates Stadium - Arsenal

3.      Westminster Abbey
                                       
The Collegiate Church of St Peter, Westminster, yang lebih dikenal dengan nama Westminster Abbey, adalah sebuah gereja dengan arsitektur Gothic di Westminster, London, di sebelah barat Palace of Westminster.

Sedangkan stadion yang kami datangi adalah White Hart Lane - Tottenham Hotspur

4.      Kings cross station london

Stasiun King's Cross merupakan salah satu stasiun kereta api penting di London, Inggris. Stasiun ini berlokasi di ujung timur laut Central London dan pertama kali dibuka pada tahun 1852.

Stadion yang kami kunjungi kali ini adalah Goodison Park - Everton

5.      Trafalgar square

Trafalgar square adalah sebuah "alun-alun" di bagian tengah London yang dinamakan untuk mengenang Pertempuran Trafalgar, sebuah pertempuran di laut dimana kapal perang Angkatan Laut Inggris memenangkan Perang Napoleon

Stadion ke 5 yang kita datangi adalah Etihand stadium - Manchester City

6.      The Beatles Museum Liverpool

The Beatles adalah band kesukaanku, di handphone ku selalu di penuhi oleh lagu-lagu dari band legendaris The Beatles ini.

Untuk tim sepak bola kesukaanku dan band kesukaanku yang ada di kota Liverpool. Stadium : Anfield Liverpool

7.      London Eye
Hari terakhir di Inggris yang juga merupakan tempat terakhir yang kita datangi adalah London Eye. Tapi sebelum ke London Eye, kami memutuskan untuk ke stadion sepak bola terlebih dahulu dengan alasan agar ketika senja kita bisa melihat mentari senja terbenam dari kota London.
Stadion bola yang menjadi rumah tim bola kesukan Riska Old Trafford - Manchester United

London Eye atau disebut juga Millennium Wheel adalah sebuah roda pengamatan yang terbesar di dunia setinggi 135 meter atau 443 kaki. London Eye berputar di atas Sungai Thames, London, Britania Raya dan mulai beroperasi pada akhir 1999.

Disini terjadi perdebatan antara kita berdua, yang mana aku menginginkan untuk menaiki London Eye ketika senja, dan kamu Riska, yang menginginkan untuk menaiki London Eye saat malam tiba. Aku menginginkan senja adalah karena pada saat itu akan ada sunset yang sangat indah yang akan terlihat apabila kita berada di atas sana. Sedangkan kamu, kamu menginginkan malam adalah karena kamu sangat menyukai bintang di daratan. Iya bintang di darat, yang mana kita bisa melihat kerlap-kerlip cahaya bersinar yang teramat banyak sama seperti bintang, bedanya adalah kalau bintang di darat itu adalah, kita yang berada di atas.

               Perdebatan yang sepertinya tidak akan ada pemenangnya itu akhirnya membuat kita memutuskan untuk naik dua kali. Di kala senja dan juga saat malam tiba.

London Eye ketika senja
               Kami mulai naik perlahan demi perlahan, mentari pun juga semakin turun dengan perlahan. Jingga senja itu menyinari seluruh kota London. Sungguh pemandangan yang cantik. Sama seperti kamu Ris, cantik. Menikmati sunset di atas London Eye sambil ngemil Mister Potato, bersama orang yang spesial, hmm... aku tidak akan melupakan hal ini seumur hidup.

 


London Eye ketika malam

               Sekali lagi kami naik London Eye untuk menikmati kota London, yang katanya Riska dia ingin melihat bintang di daratan dari kota London. Kami pun mulai naik hingga menuju puncak, dan benarlah, kota London ini sungguh sangat lebih indah jika di lihat malam hari melalui London Eye. Tanpa lupa, kami selalu me-ngemil camilan favorit kami yang bisa di dapatkan di seluruh dunia. Mister Potato.
“Ris, terima kasih yaa liburannya. Aku sangat bahagia bisa liburan disini bersamamu.” Aku mulai berbicara hal yang aku fikir, ini bisa di kenang selamanya.

“Lho kenapa harus terima kasih? Aku dong yang seharusnya bilang terima kasih, karena kamu sudah nemanin aku kesini”

“Hehe iya, sama-sama. Ohh iya, aku mau ngomongin hal penting”

“Mau ngomong apa? Ya tinggal ngomong aja kali, dari tadi juga sudah ngomong, haha.”

“Serius Ris” aku menggenggam tangan Riska, genggaman yang lebih intim jika di bandingkan dengan 7 hari ini aku menggenggam tangan Riska untuk menariknya jalan-jalan. “Ris, aku sayang sama kamu.”

“Uhuuk... uhukk...” Riska batuk.

“Ehh Ris kenapa? Dari kemarin batuk-batuk terus, kayaknya kamu kecapekan yaa”

“Nda kok, aku gak apa, sudah biasa begini”

“Tapi, itu kok ada darahnya?” aku mengusapkan darah yang ada di bibirnya.

“Serius ini gak apa kok, lanjutin aja omongannya tadi.”

“Hmm, aku sayang sama kamu Ris, sejak kita masih semester 1.”

“Haah? Serius? Itu kan sudah 2 tahun lalu, kita sudah semester 5, kok bisa?”

“Iya, aku juga gak tau kenapa, dan kamu ingat? Selembar puisi yang ada di papan pengumuman? Puisi yang buat kamu itu. Itu dari aku ris.”

“Iyakah? Kenapa gak di tulis kalau itu dari kamu?”

“Yee, dulu kan kamu masih punya pacar”

“Ohh iya ya, aku lupa, hehe, uhuuk... uhuuk..” Riska kembali batuk

“Ris, kamu batuk lagi”

“Aku gak apa sal”

“Hmm... Ris, kamu mau jadi pacar aku?”

“Jujur sal, aku juga sayang sama kamu, aku nyaman ada di dekat kamu, apa lagi selama liburan ini, kamu juga pernah nyelamatin aku. Tapi maaf, aku gak bisa kalau pacaran”

“Kenapa ris?”

“Gak apa kok, sudahlah gak usah bahas itu, kita nikmatin aja malam terakhir kita ini”

“Hmm iya Ris”

“Sal, aku boleh peluk kamu? uhuk.. uhukk..*batuk*”

“Gak usah kamu tanya juga jawabannya sudah pasti, iya boleh”

               Kami menikmati malam terakhir di Inggris, malam dimana aku ngerasa senang sekaligus sedih.
Telah terhitung 7 menit kami berpelukan dan tak ada sedikitpun suara kami ucapkan. Aku memanggil nama Riska memberikan isyarat bahwa kita akan segera turun. Entah mengapa, tak ada sepatah kata pun sahutan darinya. Aku pun menggerak-gerakkan pundakku mencoba membangunkan kepalanya yang tersandar di pundakku.
Merasa tidak ada pergerakan dari riska, aku pun panik, aku memanggil penjaga untuk segera menolong.
“She’s dead” “She’s dead” “She’is dead”
Sepenggal kalimat pernyataan yang membuatku sontak semakin panik. Ku memegang pergelangan tangannya sembari mendengarkan denyut jantungnya. Tak ada tanda-tanda kehidupan. Air mata ku pun menetes, rasa tak percaya ini membuatku sangat tersiksa. Apakah aku benar-benar telah kehilangannya???

***

               Aku telah kembali ke Indonesia. Liburan yang ku fikir akan sangat menyenangkan itu tak pernah ku sangka akan berakhir dengan duka dan kehilangan yang sangat menyakitkan. Aku pun sudah mengetahui semuanya ketika aku membuka memo yang terdapat di handphone-nya yang dia tuliskan saat berada di London Eye.

Isi Memo :
______________________________________________________________________
Jujur sal, aku juga sayang sama kamu, aku nyaman ada di dekat kamu, apa lagi selama liburan ini, kamu juga pernah nyelamatin aku. Tapi maaf, aku gak bisa kalau pacaran.

Ingin sekali aku melanjutkan perkataan itu dengan jujur bahwa aku sakit dan umurku tidak akan lama lagi. Tapi itu tidak mungkin kan, aku tidak ingin menyakiti perasaanmu dengan menerimamu menjadi pacarku kemudian aku meninggalkanmu.

Kamu ingat kan saat dimana kamu menyelamatkan ku ketika aku hampir di tabrak mobil dan motor itu. Itu adalah hari dimana aku baru mengetahui bahwa aku terserang penyakit. Tapi kamu datang sal, kamu bagaikan malaikat yang telah membuatku kembali bersemangat menjalani sisa hidupku yang aku tau tidak akan lama. Terima kasih sal.

 Terima Kasih untuk semuanya.
Terima kasih pula telah membiarkan aku mati dalam pelukmu sal, terima kasih.
          Aku Sayang Kamu.
_________________________________________________________________________________


               Terima kasih juga atas kenangan yang begitu indah Ris. Aku akan mengenang hal itu sampai ku mati, dan aku akan menyayangimu selamanya. Tunggu Aku DI SURGA. :)


END



####

Sebait kisah fiksi untuk Mister Potato #InggrisGratis

#Haha semua cerita aja di buat fiksi romance Lis :X

14 comments:

  1. inggris :D , Yeah aku pikir tadi The Beatles Museum Gak masuk

    adamhasnan.com

    ReplyDelete
    Replies
    1. Masuk, itu aku masukin. Siapa tau bisa kesana. Haha

      Delete
  2. Akhir akhir ini banyak banget yg nulis tentang Inggris...ternyata ada lomba toh

    ReplyDelete
  3. romantis banget. Inggris juga emang keren.
    ini blog contest dari mister potato ya? semoga lo menang yaa. good luck

    ReplyDelete
    Replies
    1. Iya inggris gitu..
      Iya dari mister potato. Haha iya semoga menang dan pergi ke inggris. Thank's

      Delete
  4. Waah,, award buat aku ya, Trima kasih. Besok akan aku lanjutkan :)

    ReplyDelete
  5. blogwalking sist kunjungan balik yah + follow juga. :)
    blog kamu sudah saya follow
    http://vandepenter.blogspot.com/

    ReplyDelete
  6. This comment has been removed by the author.

    ReplyDelete
    Replies
    1. This comment has been removed by the author.

      Delete