Senja kala itu begitu dingin setelah
baru saja di guyur hujan deras selama kurang lebih dua jam. Aku yang ketika itu
sedang berada di sebuah toko kaset baru saja membeli kaset DVD the beatles
sembari menunggu hujan yang baru saja mereda. Warna jingga senja saat itu
begitu jelas terlihat menerobos masuk kedalam toko melalui kaca jendela besar
yang tepat berada di depan muka toko. Setelah ku merasa langit telah kembali
cerah, aku keluar dari toko kaset itu. Seketika itu aku melihat pelangi di atas
langit senja, indah. Bibirku melebar dan melengkung seperti membentuk bulan
sabit, tersenyum, menandakan sebuah expresi kesenangan. Namun lekukan bibirku
itu berubah perlahan menjadi datar dengan dahi yang mengkerut dan mata yang
menyipit seperti expresi sedang melihat sesuatu dan mengamati dengan serius.
Yaa, aku mengamati sesuatu, aku melihat seorang perempuan cantik di sebrang
jalan, mungkin bidadari yang turun dari pelangi. Tapi, Ahh... khayalan macam
apa itu. Aku terus mengamati perempuan itu, perempuan yang sepertinya aku
kenali. Entah mengapa, ada yang aneh dari sikap dan gerak geriknya. Tatapannya
kosong, apa yang dia fikirkan? Dia ingin menyebrang jalan. Dia berjalan lurus
kedepan, begitu juga dengan tatapannya, lurus ke depan. Tanpa ada tolehan
kanan-kiri seperti orang yang akan menyebrang pada umumnya. Kemudian, hal yang
paling membuatku sontak berteriak adalah ketika dia berhenti di tengah jalan,
yang mana pada saat itu mobil sedang merlalu-lalang dengan lajunya karena hari
tak lama lagi akan berganti malam.
Toot...
toot... toot... suara klakson begitu nyaring terdengar di wilayah itu. Suara
klakson yang sudah pasti di tunjukkan kepada perempuan gila itu, perempuan yang
telah menghentikan langkahnya di tengah jalan. Tanpa berfikir panjang, aku
berlari menuju perempuan itu sembari melambai-lambaikan tanganku kepada supir
pengemudi mobil itu agar sesegera mungkin memperlambat atau bahkan menghentikan
mobilnya.
Mobil
itu berhenti tepat di hadapan wajahku yang hanya berjarak sejengkal. Jantungku
berdegup begitu kencang pada saat itu. Mengerikan, ku merasa nyawa dalam
tubuhku akan melayang. Tak lama kemudian pengemudi mobil itu keluar dari
mobilnya dengan expresi marah yang begitu mengerikan. Ia berteriak-teriak
dengan menunjukkan jarinya ke arah perempuan yang ada di belakangku. Aku menoleh
kebelakang, ke arah perempuan itu. Dapat ku lihat jelas air mata yang baru saja
jatuh menyentuh pipinya. Dia berjalan lagi, berjalan seolah tidak terjadi
apa-apa.
“Heyy
AWAS!!!” aku berteriak sembari mengulurkan tanganku yang mencoba meraih
tangannya. Seorang pengendara motor hampir menyerempet tubuh perempuan itu.
Tarikan tanganku itu pun telah menyelamatkannya. Satu tarikan yang membuat tubuhnya
terhempas di dalam pelukanku. Saat aku menarik tangannya, yang tidak sampai
sedetik berlalu itu, telah membuatku mengenalinya. Aku sempat melihat wajahnya
dengan jelas. Ternyata dia adalah Riska. Riska adi lestari, teman sekelasku di
kampus. Aku masih memeluk tubuhnya, dia tampak begitu ketakutan, aku bisa
merasakannya dari detak jantungnya yang begitu terasa ikut mendebarkan
jantungku.
“Hey
Ris, ris kamu kenapa? Apa yang terjadi?.” Dia diam tidak menjawab pertanyaaku,
bahkan tak berbicara sepatah katapun. Yang aku lihat hanya mulutnya bergetar di
barengi oleh suara dentuman-dentuman giginya yang berbenturan. Dia menggigil,
memang bajunya yang basah ini saja telah mengisyaratkan bahwa ia kedinginan.
Sepertinya sejak tadi dia memang berjalan di dalam hujan, membiarkan tubuhnya
kebasahan.
“Ris
ayo kita pulang, biar aku yang mengantarmu.” Aku mendengar banyak mata yang
memperhatikan kami pada saat itu. Tapi mereka semua diam, termasuk pengendara
mobil tadi, ia kembali masuk ke mobilnya. Entah karena alasan apa, aku tidak
perduli, yang jelas aku harus segera mengantar Riska pulang.
“Faisal”
dia memanggilku. “Aku gak apa kok, gak usah khawatir, tadi aku cuma lagi stress.
Biasa, aku kalau lagi stres emang sering gitu.”
“Sering
gitu gimana? Sering mau membunuh nyawa sendiri gitu? Kamu itu hampir mati ris”
“Iya-iya
maaf, namanya juga lagi stres.”
“Memangnya
kamu stres kenapa?”
“Sudah
lah, gak apa kok. Yang penting kan sekarang aku sudah lebih tenang. Ohh iyaa,
bisa mampir ke mini market sebentar gak?”
Tanpa
berkomentar, aku menyanggupinya dan langsung berhenti di depan mini market yang
memang kami sedang berada di dekatnya. Aku menemaninya masuk ke dalam mini
market, dengan membawa kereta dorong aku membantunya untuk berbelanja makanan
ringan. Aku terkejut bahagia, karena satu kereta dorong itu semua penuh dengan
makanan ringan yang telah di pilihnya, dan semuanya adalah berbagai varian
bentuk kentang goreng dari merek terkenal yang sangat melegenda, yaitu MISTER
POTATO.
“Hey
ris, kenapa semuanya mister potato sih?”
“Iya,
soalnya aku suka banget sama mister potato, emang kenapa kalau semuanya ini?”
“Yaa
aku kan jadi senang, bisa minta gitu, hehe”
“Yee,
siapa juga yang mau kasih kamu”
Setelah
berbelanja dan semua barang sudah di masukkan ke mobilku, kami melanjutkan
perjalanan ke rumahnya.
***
Kami telah sampai di rumahnya, orang
tuanya yang sepertinya sudah sejak tadi menunggunya itu, tampak sangat
khawatir. Aku pun di persilahkan untuk masuk ke dalam rumah oleh orang tua
Riska. Rumahnya terlihat mewah, hiasan rumahnya yang terlihat indah itu membuat
mataku tak kuasa jika hanya duduk dan melihat dari satu sisi saja. Aku pun
berkeliling bersama ayah Riska yang sepertinya sangat bersemangat bercerita
tentang hiasan-hiasan yang terpajang di rumahnya. Terlebih ketika aku melihat
tim sepak bola yang terbingkai besar di dinding rumahnya. Mancaster United.
“Waah
om fans MU yaa, berarti kita rival dong om, karena aku adalah fans Liverpool,
hoho”
Semangat
ayah Riska semakin berkobar untuk bercerita lebih banyak. Di satu sisi aku
melihat beberapa foto yang terbingkai rapi, dan dari keseluruhan foto itu,
latar tempatnya adalah di inggris. Dari itu aku melihat bahwa Riska beserta
ayah dan ibunya pernah pergi ke inggris. Aku melihat selembar foto yang
menurutku begitu lucu, ada seorang anak perempuan yang berumur sekitar 6-7
tahun sedang menangis di depan pintu masuk kincir ria yang lebih terkenal di
sebut dengan London Eye. Haha aku dan ayah Riska sontak berteriak melihat foto
itu.
“Hey,
apa yang kalian lihat?” Sahut riska
“Haha
bukan apa-apa. Ayah lagi senang ini bertemu dengan temanmu yang hobinya sama
dengan keluarga kita. Inggris dan segala sesuatu yang berbau dengan inggris.
Termasuk kota-kota yang ada di Inggris, band
the beatles, cerita tentang Serlock Holmes, dan masih banyak lagi. Tapi ada
satu perbedaan yang menurut ayah bisa membuat kami berdebat tanpa ada henti!”
kata ayah Riska
“Haah?
Apa itu yahh?”
“Karena
ayah fans MU, dan dia adalah Fans Liverpool”
“Haha,
om bisa aja” sahutku.
Malam
yang panjang saat itu kita habiskan bersama dalam cerita yang sangat panjang
lebar dan di temani oleh makanan ringan Mister Potato yang sangat lezat.
***
Tok-tok, tok-tok. “Sal, faisal
bangun. Itu ada yang nyariin.”
“Aduuh,
siapa sih bu yang pagi-pagi gini sudah bertamu?”
“Ada
cewe cantik itu sama bapaknya yang lagi nyariin kamu!” Seketika aku langsung
membuka mataku lebar-lebar. Riska, itu pasti Riska dan ayahnya. Tanpa banyak
berpikir aku loncar dari kamar tidur dan langsung berlari ke kamar mandi.
Setelah
mandi dan sangat rapi, aku keluar kamar untuk menemui Riska dan ayahnya.
“Lhoo
sal, mana kopermu? Hari ini kan kamu harus berangkat” ayah Riska langsung
menegurku saat aku baru sampai di ruang tamu.
“Apa
om??? Berangkat? Berangkat kemana?”
“Kamu
lupa atau pura-pura lupa? Ke inggris, temanin Riska jalan-jalan”
“Lho???
Om serius kah?”
“Serius,
buat apa selama ini saya minta data-datamu kalau bukan buat ngurus passport dan
visa mu untuk berangkat. Kan sewaktu di rumah dulu kan saya pernah minta kamu
untuk nemanin Riska liburan”
“Iyaa,
iya om. Saya fikir cuma bercanda. Tunggu om, saya mau mengemas baju.
Hari
ini adalah hari pertama libur semester, yang juga hari pertama gue mau liburan
keluar negri, dan negri itu adalah Inggris brooo, inggris. Apa gak mimpi yang
menjadi nyata ini namanya.
***
Pesawat
telah mendarat, kami keluar pesawat dan yang untuk pertama kali aku
menginjakkan kaki di Inggris, wuhuuu Inggris bro, inggris. Perasaan bahagia ku
ini begitu luar biasa. Bukan hanya karena aku pergi ke Inggris, tapi karena juga
yang menemani ini lhoo spesial, Riska, orang yang gue suka sejak semester awal
kuliah. Haha
Peradaban
yang luar biasa, ini adalah negara yang sangat indah. Negara yang biasanya
hanya ku lihat di film-film itu kini aku lah yang merasa menjadi pemeran utama
dalam sebuah film.
“Dari
pada banyak tidur di hotel, mending kita jalan-jalan aja terus. 7 hari lho
disini. Sayang kalau kita gak kemana-mana” Riska berkomentar ketika baru saja
aku membaringkan tubuh di ranjang setelah baru sampai di London.
“Heh
nantangin ya ris? Ayoo. Kalau gitu 7 hari kita isi dengan pergi ke 7 tempat
yang keren di Inggris, plus 7 stadion bola-nya. Gimana? Setuju???”
“Oke
setuju, berangkat”
1.
Big Ben.
Tempat pertama di hari
pertama yang kita datangin adalah Big Ben.
Big Ben adalah nama yang merujuk pada
sebuah menara jam yang terletak di Gedung Parlemen di Westminster, London,
Inggris Raya, dan merupakan menara jam terbesar kedua di dunia setelah menara
jam "Royal Clock Tower" di Mekkah.
Sementara untuk stadion, kita datang ke Steamford
Bridge - Chealsea
2. Buckingham
Palace
Buckingham Palace adalah kediaman resmi ratu Inggris di London. Istana ini adalah tempat untuk peristiwa-peristiwa kenegaraan, tempat menyambut tamu negara, dan tempat kunjungan pariwisata.
Untuk stadion yang kami kunjungi adalah Emirates Stadium - Arsenal
3. Westminster
Abbey
The Collegiate Church of St Peter, Westminster, yang lebih dikenal dengan nama Westminster Abbey, adalah sebuah gereja dengan arsitektur Gothic di Westminster, London, di sebelah barat Palace of Westminster.
Sedangkan
stadion yang kami datangi adalah White Hart Lane - Tottenham Hotspur
Stasiun
King's Cross merupakan salah satu stasiun kereta api penting di London,
Inggris. Stasiun ini berlokasi di ujung timur laut Central London dan pertama
kali dibuka pada tahun 1852.
Stadion
yang kami kunjungi kali ini adalah Goodison Park - Everton
Trafalgar
square adalah sebuah "alun-alun" di bagian tengah London yang
dinamakan untuk mengenang Pertempuran Trafalgar, sebuah pertempuran di laut
dimana kapal perang Angkatan Laut Inggris memenangkan Perang Napoleon
Stadion
ke 5 yang kita datangi adalah Etihand stadium - Manchester City
The Beatles adalah band kesukaanku,
di handphone ku selalu di penuhi oleh lagu-lagu dari band legendaris The
Beatles ini.
Untuk
tim sepak bola kesukaanku dan band kesukaanku yang ada di kota Liverpool.
Stadium : Anfield Liverpool
7. London
Eye
Hari terakhir di Inggris yang juga
merupakan tempat terakhir yang kita datangi adalah London Eye. Tapi sebelum ke
London Eye, kami memutuskan untuk ke stadion sepak bola terlebih dahulu dengan
alasan agar ketika senja kita bisa melihat mentari senja terbenam dari kota
London.
Stadion bola yang menjadi rumah tim bola
kesukan Riska Old Trafford - Manchester United
London Eye atau disebut juga Millennium
Wheel adalah sebuah roda pengamatan yang terbesar di dunia setinggi 135 meter
atau 443 kaki. London Eye berputar di atas Sungai Thames, London, Britania Raya
dan mulai beroperasi pada akhir 1999.
Disini
terjadi perdebatan antara kita berdua, yang mana aku menginginkan untuk menaiki
London Eye ketika senja, dan kamu Riska, yang menginginkan untuk menaiki London
Eye saat malam tiba. Aku menginginkan senja adalah karena pada saat itu akan
ada sunset yang sangat indah yang akan terlihat apabila kita berada di atas
sana. Sedangkan kamu, kamu menginginkan malam adalah karena kamu sangat
menyukai bintang di daratan. Iya bintang di darat, yang mana kita bisa melihat
kerlap-kerlip cahaya bersinar yang teramat banyak sama seperti bintang, bedanya
adalah kalau bintang di darat itu adalah, kita yang berada di atas.
Perdebatan yang sepertinya tidak
akan ada pemenangnya itu akhirnya membuat kita memutuskan untuk naik dua kali.
Di kala senja dan juga saat malam tiba.
London
Eye ketika senja
Kami mulai naik perlahan demi
perlahan, mentari pun juga semakin turun dengan perlahan. Jingga senja itu
menyinari seluruh kota London. Sungguh pemandangan yang cantik. Sama seperti
kamu Ris, cantik. Menikmati sunset di atas London Eye sambil ngemil Mister
Potato, bersama orang yang spesial, hmm... aku tidak akan melupakan hal ini
seumur hidup.
London
Eye ketika malam
Sekali lagi kami naik London Eye
untuk menikmati kota London, yang katanya Riska dia ingin melihat bintang di
daratan dari kota London. Kami pun mulai naik hingga menuju puncak, dan
benarlah, kota London ini sungguh sangat lebih indah jika di lihat malam hari
melalui London Eye. Tanpa lupa, kami selalu me-ngemil camilan favorit kami yang
bisa di dapatkan di seluruh dunia. Mister Potato.
“Ris,
terima kasih yaa liburannya. Aku sangat bahagia bisa liburan disini bersamamu.”
Aku mulai berbicara hal yang aku fikir, ini bisa di kenang selamanya.
“Lho
kenapa harus terima kasih? Aku dong yang seharusnya bilang terima kasih, karena
kamu sudah nemanin aku kesini”
“Hehe
iya, sama-sama. Ohh iya, aku mau ngomongin hal penting”
“Mau
ngomong apa? Ya tinggal ngomong aja kali, dari tadi juga sudah ngomong, haha.”
“Serius
Ris” aku menggenggam tangan Riska, genggaman yang lebih intim jika di
bandingkan dengan 7 hari ini aku menggenggam tangan Riska untuk menariknya jalan-jalan.
“Ris, aku sayang sama kamu.”
“Uhuuk...
uhukk...” Riska batuk.
“Ehh
Ris kenapa? Dari kemarin batuk-batuk terus, kayaknya kamu kecapekan yaa”
“Nda
kok, aku gak apa, sudah biasa begini”
“Tapi,
itu kok ada darahnya?” aku mengusapkan darah yang ada di bibirnya.
“Serius
ini gak apa kok, lanjutin aja omongannya tadi.”
“Hmm,
aku sayang sama kamu Ris, sejak kita masih semester 1.”
“Haah?
Serius? Itu kan sudah 2 tahun lalu, kita sudah semester 5, kok bisa?”
“Iya,
aku juga gak tau kenapa, dan kamu ingat? Selembar puisi yang ada di papan
pengumuman? Puisi yang buat kamu itu. Itu dari aku ris.”
“Iyakah?
Kenapa gak di tulis kalau itu dari kamu?”
“Yee,
dulu kan kamu masih punya pacar”
“Ohh
iya ya, aku lupa, hehe, uhuuk... uhuuk..” Riska kembali batuk
“Ris,
kamu batuk lagi”
“Aku
gak apa sal”
“Hmm...
Ris, kamu mau jadi pacar aku?”
“Jujur
sal, aku juga sayang sama kamu, aku nyaman ada di dekat kamu, apa lagi selama
liburan ini, kamu juga pernah nyelamatin aku. Tapi maaf, aku gak bisa kalau
pacaran”
“Kenapa
ris?”
“Gak
apa kok, sudahlah gak usah bahas itu, kita nikmatin aja malam terakhir kita ini”
“Hmm
iya Ris”
“Sal,
aku boleh peluk kamu? uhuk.. uhukk..*batuk*”
“Gak
usah kamu tanya juga jawabannya sudah pasti, iya boleh”
Kami menikmati malam terakhir di
Inggris, malam dimana aku ngerasa senang sekaligus sedih.
Telah
terhitung 7 menit kami berpelukan dan tak ada sedikitpun suara kami ucapkan. Aku
memanggil nama Riska memberikan isyarat bahwa kita akan segera turun. Entah
mengapa, tak ada sepatah kata pun sahutan darinya. Aku pun menggerak-gerakkan
pundakku mencoba membangunkan kepalanya yang tersandar di pundakku.
Merasa
tidak ada pergerakan dari riska, aku pun panik, aku memanggil penjaga untuk
segera menolong.
“She’s
dead” “She’s dead” “She’is dead”
Sepenggal
kalimat pernyataan yang membuatku sontak semakin panik. Ku memegang pergelangan
tangannya sembari mendengarkan denyut jantungnya. Tak ada tanda-tanda
kehidupan. Air mata ku pun menetes, rasa tak percaya ini membuatku sangat
tersiksa. Apakah aku benar-benar telah kehilangannya???
***
Aku telah kembali ke Indonesia.
Liburan yang ku fikir akan sangat menyenangkan itu tak pernah ku sangka akan
berakhir dengan duka dan kehilangan yang sangat menyakitkan. Aku pun sudah
mengetahui semuanya ketika aku membuka memo yang terdapat di handphone-nya yang
dia tuliskan saat berada di London Eye.
Isi
Memo :
______________________________________________________________________
Jujur
sal, aku juga sayang sama kamu, aku nyaman ada di dekat kamu, apa lagi selama
liburan ini, kamu juga pernah nyelamatin aku. Tapi maaf, aku gak bisa kalau
pacaran.
Ingin
sekali aku melanjutkan perkataan itu dengan jujur bahwa aku sakit dan umurku
tidak akan lama lagi. Tapi itu tidak mungkin kan, aku tidak ingin menyakiti
perasaanmu dengan menerimamu menjadi pacarku kemudian aku meninggalkanmu.
Kamu
ingat kan saat dimana kamu menyelamatkan ku ketika aku hampir di tabrak mobil
dan motor itu. Itu adalah hari dimana aku baru mengetahui bahwa aku terserang
penyakit. Tapi kamu datang sal, kamu bagaikan malaikat yang telah membuatku
kembali bersemangat menjalani sisa hidupku yang aku tau tidak akan lama. Terima
kasih sal.
Terima Kasih untuk semuanya.
Terima
kasih pula telah membiarkan aku mati dalam pelukmu sal, terima kasih.
Aku
Sayang Kamu.
_________________________________________________________________________________
Terima kasih juga atas kenangan
yang begitu indah Ris. Aku akan mengenang hal itu sampai ku mati, dan aku akan
menyayangimu selamanya. Tunggu Aku DI SURGA. :)
END
####
Sebait kisah fiksi untuk Mister Potato #InggrisGratis
#Haha semua cerita aja di buat fiksi romance Lis :X
Inggris ciyeeee, semoga menang XD
ReplyDeleteHaha iya, amin, semoga menang :)
Deleteinggris :D , Yeah aku pikir tadi The Beatles Museum Gak masuk
ReplyDeleteadamhasnan.com
Masuk, itu aku masukin. Siapa tau bisa kesana. Haha
DeleteAkhir akhir ini banyak banget yg nulis tentang Inggris...ternyata ada lomba toh
ReplyDeleteIyaa, ada lomba dari Mister Potato :D
Deleteromantis banget. Inggris juga emang keren.
ReplyDeleteini blog contest dari mister potato ya? semoga lo menang yaa. good luck
Iya inggris gitu..
DeleteIya dari mister potato. Haha iya semoga menang dan pergi ke inggris. Thank's
Waah,, award buat aku ya, Trima kasih. Besok akan aku lanjutkan :)
ReplyDeleteblogwalking sist kunjungan balik yah + follow juga. :)
ReplyDeleteblog kamu sudah saya follow
http://vandepenter.blogspot.com/
keren :'(
ReplyDeleteAaa, ada lutfi. Aku malu. Haha
DeleteThis comment has been removed by the author.
ReplyDeleteThis comment has been removed by the author.
Delete