Friday, October 25, 2013

Lembaran Kisah Klasik #2



            Postingan lanjutan dari Lembaran Kisah Klasik #1. Yang belum baca silahkan baca ini dulu Lembaran Kisah Klasik #1


###

Sejak saat itu, kami menjadi dekat, tak ada lagi yang menghalangi pertemuan aku dan dia. Hari ini aku mengajaknya bertemu di taman sekolah, tepat dimana pertama kali aku melihatnya. Haha... masih terasa betapa aku terpesona kepada Nita waktu itu. Aku menceritakan kepada dia mengapa aku bisa terdiam di atas pagar, yang seharusnya aku akan selamat (tidak dihukum oleh Pak Jhon) jika aku segera melompati pagar dan bersikap biasa layaknya murid lainnya yang tidak datang terlambat dan melompati pagar. Aku juga bercerita kepadanya mengapa aku menyebutnya sebagai *bidadari mawarku*. Tapi bukannya dia terkesan dan menganggap aku orang yang romantis. Dia justru mentertawaiku dan menganggap aku lucu. Dasar wanita ini, tidak seperti yang aku fikirkan. Tapi dengan tawa dan senyumnya itu aku dapat melihat kebahagiannya bersamaku. Dia terlihat begitu manis saat tertawa seperti itu. Aku senang, Nita tidak lagi bersedih paska ayahnya meninggal.

Lonceng sekolah berbunyi pertanda waktunya pulang. Kami pulang bersama, rumah kami memang searah, hanya saja rumahku sedikit lebih jauh dari dia. Ketika sudah berada di depan rumahnya, aku menahan dia untuk memasuki rumah. Aku mengajak Nita untuk pergi ke suatu tempat. Tempat yang tidak jauh dari rumahnya hanya sedikit berjalan lurus melewati jembatan diatas sungai.  Yang mana di sebrang sungai itu aku mengajaknya duduk di bawah pohon.

"Maaf ya Nita aku mengajakmu kesini, padahal kita belum pulang dan masih mengenakan seragam sekolah" *kata ku*

"Iya tak apa-apa kok Sal, lagian juga aku jarang keluar rumah. Jadi sesekali aja mungkin gak di marahi oleh Ibuku"

"Hmm iya, trima kasih Nita"

"Iya Sal, ohh iya. Kenapa kamu mengajakku kemari? Kamu sering disini?"

"Hehe iya, aku sering kesini sejak kecil. Dulu sewaktu aku kecil aku sering memancing disini bersama ayahku"

"Sungguh? Sekarang masih sering mancing disini?"

"Iya terkadang aku mancing, jika tidak ada lauk dirumah. Hehe..."

"Wahh kapan-kapan ajak aku macing disini ya"

"Iya Nita, kita bakar ikan disini. Terkadang aku begitu. Bahkan jika hari libur aku sering tidur siang disini hehe..."

"Haha... kamu ini. Tidur sembarangan. Bagaimana jika hujan deras dan air sungai meluap dengan deras. Kamu bisa terbawa arus"

"Haha ya tidak mungkin lah Nita. Jika hujan, aku pasti terbangun. Aku bukan tipe orang yang jika tidur seperti orang mati"

"Hehe iya iya. Aku percaya. Ohh iya kamu suka hujan Sal?"

"Iya aku suka hujan. Aku juga suka warna merah. Jadi aku sangat menyukaimu ketika hujan dan ketika itu kamu memegang payung berwarna merah"

"Hehe kamu bisa aja. Aku juga suka hujan. Tapi sepertinya ada yang lebih indah dari hujan. Salju, kata orang salju itu sesuatu yang indah. Aku juga belum memastikannya sih hehe"

"Hmm... Suatu saat aku akan membawamu keluar negri untuk melihat salju, dan disana kita akan membuktikan indah salju atau hujan"

"Haha... Aku akan menunggu saat itu Sal"

Menit demi menit berlalu terhabiskan oleh percakapan-percakapan tidak penting kami Haha...  Hari pun sudah mulai senja, aku merasa sudah saatnya untuk mengantar Nita pulang.

"Nit, ayo aku antar pulang!"

"Emm iya ayo. Sudah mulai senja, kamu juga sudah mulai bau"

"Ehh kamu, sempat ya mengejekku"

"Hehe gak kok. Ayo jalan"

Kami berjalan menuju matahari, perjalanan kerumah Nita menuju arah barat. Jadi seakan kami berjalan ke arah matahari terbenam.

"Sudah sampai ini Nit, aku pulang ya"

"Oh iya, makasih ya. Hati-hati di jalan"

Perlahan aku melangkahkan kaki menjauhi matahari. Aku terhenti ketika Nita memanggilku.

"Faisal. Rumah kamu dimana?"

*Berbalik badan*
"Rumahku di sebrang sungai tempat kita tadi, terus saja mengikuti jalan poros"

"Hoo... Kamu menjauhi mentari"

"Tidak, aku adalah mentari itu. Esok aku akan kembali bersamaan dengan terbitnya mentari" *Sembari berjalan mundur*

"Baiklah mentari. Aku akan menunggumu terbit" *tersenyum manis*

"Iya. Bye" *melambaikan tangan*


"Bye" *Membalas lambaian tangan dengan senyuman indahnya*

Sepanjang perjalanan aku terus tersenyum dan menikmati kebahagiaan ini. Terima kasih tuhan telah membuatku merasakan keindahan cinta.
***

Matahari sudah mulai menampakkan cahayanya. Aku pun sudah siap menjalani hari ini. Sejak ada Nita dalam kisah hidupku, aku tak pernah terlambat untuk pergi kesekolah. Hari ini aku pergi kesekolah dengan menggunakan sepeda, biasanya aku hanya bersepeda jika terlambat sekolah. Tapi karena akhir-akhir ini aku tidak pernah terlambat, aku tidak pernah bersepeda lagi. Ini adalah permintaan Nita. Dia ingin berangkat sekolah bersepeda berdua dengan ku.

"Hai... mentari pagi" *sambut Nita*

"Hehe Hai"

"Kamu benar-benar datang dari timur bersamaan dengan terbitnya mentari pagi"

"Hehe iya lah. Rumahku kan dari arah timur sana. Ayo naik ke sepeda"

"Iya ayo, jangan laju-laju ya"

Nita mulai menaiki sepedaku, aku merasa deg-degan. Ini pertama kalinya aku membawa seorang gadis di sepedaku. Perlahan aku mulai mengayuh pedal sepeda, Nita menggenggam bagian samping bajuku.

"Nita"

"Apa?"

"Nanti malam kan malam minggu, kita ke bioskop yuk"

"Emm mau ngapain?"

"Ya nonton lah, masa mau buat film tentang kita"

"Haha... Iya iya. Mau nonton apa memangnya?"

"Titanic, kata teman-teman sekelasku kapal terbesar di dunia yang tenggelam tahun 1912 itu di buat film dan rilis pada tahun ini, katanya filmnya itu sangat romantis"

"Serius? Jadi penasaran"

"Iya, ayo nonton. Nanti malam aku jemput jam 7"

"Hmm... Iya ayo "

Jam sudah menunjukkan pukul 7 malam. Aku sudah berada di depan rumah Nita. Setelah mendapatkan izin dari Ibunya, kami langsung jalan menuju bioskop dengan menggunakan sepeda. Malam ini, Nita terlihat sangat cantik. Rambutnya yang lurus sepunggung, baju polkadot dan rok 3/4 nya di bawah lutut, membuat dia begitu cantik dan terkesan Glamor. Nita menaiki sepedaku, kali ini sebelah tangannya berpegangan di perutku. Aku gugup bercampur dengan perasaan bahagia.

Film sudah mulai di putar, terbayang olehku saat itu aku menjadi jack dan Nita lah yang menjadi Rose. Ini film yang luar biasa romantis. Aku mulai memegang tangan Nita, ketika Jack dan Rose berada di ujung kapal. Aku mulai berbisik kepada Nita.

"Itu kalau terpeleset gimana ya? Pasti filmnya langsung gak laku"

"Hiih jangan ganggu khayalanku, coba nonton aja jangan komentar" *cubit pipiku*

"Hehe iya iya"

Kami mulai tegang ketika kapal akan segera tenggelam, aku pun tak bisa berkomentar apa-apa. Aku ikut terbawa suasana hingga bisa merasakan perasaan orang-orang yang berada di kapal itu.

Ending cerita aku melihat Nita menangis, aku pun sesungguhnya ingin menangis. Tapi aku malu sama Nita, nanti dia mengejekku. Jadi dengan sekuat tenaga aku menahan air mata yang sudah mulai menumpuk di mataku.

"Ayo kita pulang" *kata nita*

"Ciee yang habis nangis"

"Sedih tau filmnya. Kamu aja yang sok kuat pura-pura gak sedih"

"Gak kok, aku lelaki sejati yang gak mudah sedih"

"Siapa bilang, aku liat mata kamu berkaca-kaca tadi terlihat mau menangis"

"Hehe sudahlah jangan di bahas, aku malu"

Aku mulai mengayuh sepedaku menuju arah pulang.

"Nita"

"Apa?"

"Pegangannya tangan dua, biar romantis kaya di film tadi hehe"

"Hmm. Gak ahh nanti kita tenggelam"

"Haha tenggelam di daratan gitu maksudmu? Kita kan gak lewat air"

"Hehe iya, tapi jangan sampai jatuh"

"Iya gak jatuh"

Nita memelukku dari belakang, kepalanya tersandar di punggungku. Kami sudah hampir tiba di rumah nita. Tiba-tiba terlintas di benakku untuk ke pohon di pinggir sungai itu. Kami pun pergi kesana, dengan catatan pulangnya sebelum jam 10 malam. Kami berbaring bersampingan. Sinar rembulan yang terang dan taburan bintang-bintang di angkasa menemani malam kami. Tanpa banyak basa basi karena aku harus memulangkan Nita setengah jam lagi. Aku langsung mengatakan apa maksud dan tujuanku mengajaknya kemari dimalam hari ini.

"Nita, kamu tau kan perasaan aku ke kamu gimana?"

"Emm aku gak tau dan gak mau tau"

"Nitaaaa... Jangan becanda, ini serius"

"Hehe... Iya iya"

"Aku... Sayang sama kamu, dan aku mulai jatuh cinta sama kamu sudah lama, sejak aku ada di atas pagar"

"Haha dasar maling, manjat-manjat pagar"

"Seriuuuus" *cubit pipi Nita*

"Iya aku juga serius, kamu sudah maling hati dan perasaan aku" *tertawa lepas*

"Hmm... Aku sayang sama kamu Nita, aku mau kita bersama dalam ikatan cinta seperti orang-orang"

"Ikatan seperti apa yang kamu inginkan?"

"Pacaran"

"Ehh ini adik kelas, beraninya yaa Nembak kakak kelas"

"Nita" *mengenggam tangan Nita*

"Apa?" *menoleh kearahku*

"Maukah kamu jadi pacarku?" *tatapan tajam*

"Emm kamu serius?"

"Iya, aku cinta sama kamu Nita Bidadari mawarku"

"Perasaan ini... aku merasa sangat bahagia ketika berada di dekatmu. Aku percaya ini cinta. Aku juga sayang sama kamu Mentariku"

*Kami saling berpelukan*
"Terima Kasih Nita, aku akan selalu berada di sampingmu untuk menjaga dan menyayangi kamu. SELAMANYA. I Love You"

"Iya, Terima Kasih juga Faisal, aku akan setia dan menjadi pacar yang baik untukmu. Aku berharap kita bisa selalu bersama hingga nafas terhenti. I Love You too"


          Jam sudah hampir menunjukkan pukul 10 malam. Aku mengantar Nita pulang. Nita memelukku dengan erat dari belakang sepeda. Kepalanya tersandar di punggungku, sepertinya dia tertidur. Tak ku dengar suara kicauannya sejak tadi.

"Nita, kamu tidur? kita sudah sampai. Hey hey" *menggerakkan punggung agar dia terbangun*

"Hmm... Ngantuk"

"Iya masuk kerumah, jangan tidur disepeda. Nanti aku bawa pulang lho. Hehe"

"Iya iya, kamu hati- hati di jalan ya" *turun dari sepeda*

"Iya, buruan masuk" *kecup kening*

"He, aku masuk ya"

"Iya, I love you"

"I love you too"

Cinta terbalas? Siapa yang tidak bahagia? Aku akan selalu berusaha menjaga cinta ini hari ini, esok dan seterusnya. Hingga Tuhan menghentikan nafasku.

#Bersambung

***

Cerita mereka kayanya mulus aja ya kayak di amplas. Jadi iri. Tapi, cerita cinta tanpa adanya masalah itu tidak mungkin ada. Konflik akan mulai ada di episode selanjutnya. Ikutin terus ya. Tenang cuma 3 atau 4 episode aja kok. Jadi gak usah berfikir kalau malas baca panjang-panjang. Hehe...

Terima Kasih sudah membacanya...


###

6 comments:

  1. Sebagai salah satu orang yang udah melegenda tingkat kejombloanya... Saya kebawa sama ceritanya.
    Lanjutkan! Gue tunggu kelanjutanya!

    ReplyDelete
    Replies
    1. Haha... semoga dengan membaca ini bisa menumpaskan kejombloan, hehe
      Ok silahkan menunggu.

      Delete
  2. ceritanya keren, ga berbelit-belit, jadi gampang ngebayanginnya. :D

    ReplyDelete
    Replies
    1. Hehe ini memang cerita yang simple sesuai dengan pemikiranku saja.
      Terimakasih sudah membacanya :)

      Delete
  3. Ditunggu kisah berikutnya ya, ayo buruaaaaan !!

    ReplyDelete
    Replies
    1. Hehe iya, malam jum'at di posting.
      Terimakasih Sudah menunggu.

      Delete