Postingan lanjutan dari Lembaran Kisah Klasik #1. Yang belum baca silahkan baca ini dulu Lembaran Kisah Klasik #1
###
Sejak
saat itu, kami menjadi dekat, tak ada lagi yang menghalangi pertemuan aku dan
dia. Hari ini aku mengajaknya bertemu di taman sekolah, tepat dimana pertama
kali aku melihatnya. Haha... masih terasa betapa aku terpesona kepada Nita
waktu itu. Aku menceritakan kepada dia mengapa aku bisa terdiam di atas pagar,
yang seharusnya aku akan selamat (tidak dihukum oleh Pak Jhon) jika aku segera
melompati pagar dan bersikap biasa layaknya murid lainnya yang tidak datang
terlambat dan melompati pagar. Aku juga bercerita kepadanya mengapa aku
menyebutnya sebagai *bidadari mawarku*. Tapi bukannya dia terkesan dan
menganggap aku orang yang romantis. Dia justru mentertawaiku dan menganggap aku
lucu. Dasar wanita ini, tidak seperti yang aku fikirkan. Tapi dengan tawa dan
senyumnya itu aku dapat melihat kebahagiannya bersamaku. Dia terlihat begitu
manis saat tertawa seperti itu. Aku senang, Nita tidak lagi bersedih paska
ayahnya meninggal.
Lonceng
sekolah berbunyi pertanda waktunya pulang. Kami pulang bersama, rumah kami
memang searah, hanya saja rumahku sedikit lebih jauh dari dia. Ketika sudah
berada di depan rumahnya, aku menahan dia untuk memasuki rumah. Aku mengajak
Nita untuk pergi ke suatu tempat. Tempat yang tidak jauh dari rumahnya hanya
sedikit berjalan lurus melewati jembatan diatas sungai. Yang mana di sebrang sungai itu aku
mengajaknya duduk di bawah pohon.
"Maaf ya Nita aku
mengajakmu kesini, padahal kita belum pulang dan masih mengenakan seragam
sekolah" *kata ku*
"Iya tak apa-apa
kok Sal, lagian juga aku jarang keluar rumah. Jadi sesekali aja mungkin gak di
marahi oleh Ibuku"
"Hmm iya, trima
kasih Nita"
"Iya Sal, ohh iya.
Kenapa kamu mengajakku kemari? Kamu sering disini?"
"Hehe iya, aku
sering kesini sejak kecil. Dulu sewaktu aku kecil aku sering memancing disini
bersama ayahku"
"Sungguh? Sekarang
masih sering mancing disini?"
"Iya terkadang aku
mancing, jika tidak ada lauk dirumah. Hehe..."
"Wahh kapan-kapan
ajak aku macing disini ya"
"Iya Nita, kita
bakar ikan disini. Terkadang aku begitu. Bahkan jika hari libur aku sering
tidur siang disini hehe..."
"Haha... kamu ini.
Tidur sembarangan. Bagaimana jika hujan deras dan air sungai meluap dengan
deras. Kamu bisa terbawa arus"
"Haha ya tidak
mungkin lah Nita. Jika hujan, aku pasti terbangun. Aku bukan tipe orang yang
jika tidur seperti orang mati"
"Hehe iya iya. Aku
percaya. Ohh iya kamu suka hujan Sal?"
"Iya aku suka
hujan. Aku juga suka warna merah. Jadi aku sangat menyukaimu ketika hujan dan
ketika itu kamu memegang payung berwarna merah"
"Hehe kamu bisa
aja. Aku juga suka hujan. Tapi sepertinya ada yang lebih indah dari hujan.
Salju, kata orang salju itu sesuatu yang indah. Aku juga belum memastikannya
sih hehe"
"Hmm... Suatu saat
aku akan membawamu keluar negri untuk melihat salju, dan disana kita akan
membuktikan indah salju atau hujan"
"Haha... Aku akan
menunggu saat itu Sal"
Menit
demi menit berlalu terhabiskan oleh percakapan-percakapan tidak penting kami
Haha... Hari pun sudah mulai senja, aku
merasa sudah saatnya untuk mengantar Nita pulang.
"Nit, ayo aku
antar pulang!"
"Emm iya ayo.
Sudah mulai senja, kamu juga sudah mulai bau"
"Ehh kamu, sempat
ya mengejekku"
"Hehe gak kok. Ayo
jalan"
Kami
berjalan menuju matahari, perjalanan kerumah Nita menuju arah barat. Jadi
seakan kami berjalan ke arah matahari terbenam.
"Sudah sampai ini
Nit, aku pulang ya"
"Oh iya, makasih
ya. Hati-hati di jalan"
Perlahan
aku melangkahkan kaki menjauhi matahari. Aku terhenti ketika Nita memanggilku.
"Faisal. Rumah
kamu dimana?"
*Berbalik badan*
"Rumahku di
sebrang sungai tempat kita tadi, terus saja mengikuti jalan poros"
"Hoo... Kamu
menjauhi mentari"
"Tidak, aku adalah
mentari itu. Esok aku akan kembali bersamaan dengan terbitnya mentari"
*Sembari berjalan mundur*
"Baiklah mentari.
Aku akan menunggumu terbit" *tersenyum manis*
"Iya. Bye"
*melambaikan tangan*
"Bye" *Membalas lambaian
tangan dengan senyuman indahnya*
Sepanjang
perjalanan aku terus tersenyum dan menikmati kebahagiaan ini. Terima kasih
tuhan telah membuatku merasakan keindahan cinta.
***
Matahari
sudah mulai menampakkan cahayanya. Aku pun sudah siap menjalani hari ini. Sejak
ada Nita dalam kisah hidupku, aku tak pernah terlambat untuk pergi kesekolah.
Hari ini aku pergi kesekolah dengan menggunakan sepeda, biasanya aku hanya
bersepeda jika terlambat sekolah. Tapi karena akhir-akhir ini aku tidak pernah
terlambat, aku tidak pernah bersepeda lagi. Ini adalah permintaan Nita. Dia
ingin berangkat sekolah bersepeda berdua dengan ku.
"Hai... mentari
pagi" *sambut Nita*
"Hehe Hai"
"Kamu benar-benar
datang dari timur bersamaan dengan terbitnya mentari pagi"
"Hehe iya lah.
Rumahku kan dari arah timur sana. Ayo naik ke sepeda"
"Iya ayo, jangan
laju-laju ya"
Nita
mulai menaiki sepedaku, aku merasa deg-degan. Ini pertama kalinya aku membawa
seorang gadis di sepedaku. Perlahan aku mulai mengayuh pedal sepeda, Nita
menggenggam bagian samping bajuku.
"Nita"
"Apa?"
"Nanti malam kan
malam minggu, kita ke bioskop yuk"
"Emm mau
ngapain?"
"Ya nonton lah,
masa mau buat film tentang kita"
"Haha... Iya iya.
Mau nonton apa memangnya?"
"Titanic, kata
teman-teman sekelasku kapal terbesar di dunia yang tenggelam tahun 1912 itu di
buat film dan rilis pada tahun ini, katanya filmnya itu sangat romantis"
"Serius? Jadi
penasaran"
"Iya, ayo nonton.
Nanti malam aku jemput jam 7"
"Hmm... Iya ayo
"
Jam
sudah menunjukkan pukul 7 malam. Aku sudah berada di depan rumah Nita. Setelah
mendapatkan izin dari Ibunya, kami langsung jalan menuju bioskop dengan
menggunakan sepeda. Malam ini, Nita terlihat sangat cantik. Rambutnya yang
lurus sepunggung, baju polkadot dan rok 3/4 nya di bawah lutut, membuat dia
begitu cantik dan terkesan Glamor. Nita menaiki sepedaku, kali ini sebelah
tangannya berpegangan di perutku. Aku gugup bercampur dengan perasaan bahagia.
Film
sudah mulai di putar, terbayang olehku saat itu aku menjadi jack dan Nita lah
yang menjadi Rose. Ini film yang luar biasa romantis. Aku mulai memegang tangan
Nita, ketika Jack dan Rose berada di ujung kapal. Aku mulai berbisik kepada
Nita.
"Itu kalau
terpeleset gimana ya? Pasti filmnya langsung gak laku"
"Hiih jangan
ganggu khayalanku, coba nonton aja jangan komentar" *cubit pipiku*
"Hehe iya
iya"
Kami
mulai tegang ketika kapal akan segera tenggelam, aku pun tak bisa berkomentar
apa-apa. Aku ikut terbawa suasana hingga bisa merasakan perasaan orang-orang
yang berada di kapal itu.
Ending
cerita aku melihat Nita menangis, aku pun sesungguhnya ingin menangis. Tapi aku
malu sama Nita, nanti dia mengejekku. Jadi dengan sekuat tenaga aku menahan air
mata yang sudah mulai menumpuk di mataku.
"Ayo kita
pulang" *kata nita*
"Ciee yang habis
nangis"
"Sedih tau
filmnya. Kamu aja yang sok kuat pura-pura gak sedih"
"Gak kok, aku
lelaki sejati yang gak mudah sedih"
"Siapa bilang, aku
liat mata kamu berkaca-kaca tadi terlihat mau menangis"
"Hehe sudahlah
jangan di bahas, aku malu"
Aku mulai mengayuh
sepedaku menuju arah pulang.
"Nita"
"Apa?"
"Pegangannya
tangan dua, biar romantis kaya di film tadi hehe"
"Hmm. Gak ahh
nanti kita tenggelam"
"Haha tenggelam di
daratan gitu maksudmu? Kita kan gak lewat air"
"Hehe iya, tapi
jangan sampai jatuh"
"Iya gak
jatuh"
Nita
memelukku dari belakang, kepalanya tersandar di punggungku. Kami sudah hampir
tiba di rumah nita. Tiba-tiba terlintas di benakku untuk ke pohon di pinggir
sungai itu. Kami pun pergi kesana, dengan catatan pulangnya sebelum jam 10
malam. Kami berbaring bersampingan. Sinar rembulan yang terang dan taburan
bintang-bintang di angkasa menemani malam kami. Tanpa banyak basa basi karena
aku harus memulangkan Nita setengah jam lagi. Aku langsung mengatakan apa
maksud dan tujuanku mengajaknya kemari dimalam hari ini.
"Nita, kamu tau
kan perasaan aku ke kamu gimana?"
"Emm aku gak tau
dan gak mau tau"
"Nitaaaa... Jangan
becanda, ini serius"
"Hehe... Iya
iya"
"Aku... Sayang
sama kamu, dan aku mulai jatuh cinta sama kamu sudah lama, sejak aku ada di
atas pagar"
"Haha dasar
maling, manjat-manjat pagar"
"Seriuuuus"
*cubit pipi Nita*
"Iya aku juga
serius, kamu sudah maling hati dan perasaan aku" *tertawa lepas*
"Hmm... Aku sayang
sama kamu Nita, aku mau kita bersama dalam ikatan cinta seperti
orang-orang"
"Ikatan seperti
apa yang kamu inginkan?"
"Pacaran"
"Ehh ini adik
kelas, beraninya yaa Nembak kakak kelas"
"Nita" *mengenggam
tangan Nita*
"Apa?"
*menoleh kearahku*
"Maukah kamu jadi
pacarku?" *tatapan tajam*
"Emm kamu
serius?"
"Iya, aku cinta
sama kamu Nita Bidadari mawarku"
"Perasaan ini...
aku merasa sangat bahagia ketika berada di dekatmu. Aku percaya ini cinta. Aku
juga sayang sama kamu Mentariku"
*Kami saling
berpelukan*
"Terima Kasih
Nita, aku akan selalu berada di sampingmu untuk menjaga dan menyayangi kamu.
SELAMANYA. I Love You"
"Iya, Terima Kasih
juga Faisal, aku akan setia dan menjadi pacar yang baik untukmu. Aku berharap
kita bisa selalu bersama hingga nafas terhenti. I Love You too"
Jam sudah hampir
menunjukkan pukul 10 malam. Aku mengantar Nita pulang. Nita memelukku dengan erat
dari belakang sepeda. Kepalanya tersandar di punggungku, sepertinya dia
tertidur. Tak ku dengar suara kicauannya sejak tadi.
"Nita, kamu tidur?
kita sudah sampai. Hey hey" *menggerakkan punggung agar dia terbangun*
"Hmm...
Ngantuk"
"Iya masuk
kerumah, jangan tidur disepeda. Nanti aku bawa pulang lho. Hehe"
"Iya iya, kamu
hati- hati di jalan ya" *turun dari sepeda*
"Iya, buruan
masuk" *kecup kening*
"He, aku masuk
ya"
"Iya, I love
you"
"I love you
too"
Cinta
terbalas? Siapa yang tidak bahagia? Aku akan selalu berusaha menjaga cinta ini
hari ini, esok dan seterusnya. Hingga Tuhan menghentikan nafasku.
#Bersambung
***
Cerita
mereka kayanya mulus aja ya kayak di amplas. Jadi iri. Tapi, cerita cinta tanpa
adanya masalah itu tidak mungkin ada. Konflik akan mulai ada di episode
selanjutnya. Ikutin terus ya. Tenang cuma 3 atau 4 episode aja kok. Jadi gak
usah berfikir kalau malas baca panjang-panjang. Hehe...
Terima
Kasih sudah membacanya...
###
Sebagai salah satu orang yang udah melegenda tingkat kejombloanya... Saya kebawa sama ceritanya.
ReplyDeleteLanjutkan! Gue tunggu kelanjutanya!
Haha... semoga dengan membaca ini bisa menumpaskan kejombloan, hehe
DeleteOk silahkan menunggu.
ceritanya keren, ga berbelit-belit, jadi gampang ngebayanginnya. :D
ReplyDeleteHehe ini memang cerita yang simple sesuai dengan pemikiranku saja.
DeleteTerimakasih sudah membacanya :)
Ditunggu kisah berikutnya ya, ayo buruaaaaan !!
ReplyDeleteHehe iya, malam jum'at di posting.
DeleteTerimakasih Sudah menunggu.